Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Hulu Migas, Potensi Indonesia Harus Didukung Infrastruktur Memadai

Indonesia dinilai masih memiliki prospek yang bagus untuk bisnis hulu migas. Namun, persoalan seperti infrastruktur yang belum mendukung menjadi salah satu alasan perusahaan migas internasional mempertimbangkan masuk ke Negeri Garuda tersebut.
Ilustrasi pengeboran minyak./Bloomberg-Jeyhun Abdulla
Ilustrasi pengeboran minyak./Bloomberg-Jeyhun Abdulla

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dinilai masih memiliki prospek yang bagus untuk bisnis hulu migas. Namun, persoalan seperti infrastruktur yang belum mendukung menjadi salah satu alasan perusahaan migas internasional mempertimbangkan masuk ke Negeri Garuda tersebut.

Executive VP Asia Pacific Upstream of ENI Franco Polo mengatakan, Indonesia masih memiliki potensi yang besar pada bisnis hulu migas seperti, pengembangan laut dalam. Perusahaan asal Italia itu pun mengaku masih ada rencana eksplorasi sumur demi memperbaiki rasio replacement produksinya di Indonesia.

"Kami terus giat mencari dan memperbaiki rasio replacement produksi karena tingkat pembangunan yang sangat tinggi. Kami pun kemarin baru saja memenangkan lelang blok eksplorasi baru di Indonesia, dan kami sangat senang," ujarnya pada Kamis (3/5).

Franco menuturkan, kalau pemerintah Indonesia atau SKK Migas memiliki visi sangat progresif. Hal itu harus didukung sistem yang bisa membuat senang seluruh pemangku kepentingan.

"Dengan membuat proses menjadi lebih cepat, mungkin saja replacement bisa lebih cepat. Nah, pencarian cadangan migasnya pun jangan sebatas kedalaman 600 meter, tetapi bisa dicoba lebih dalam dari itu," tuturnya.

Eni pun baru saja memenangkan lelang direct offer 2018 di Blok East Ganal. Eni Indonesia Ltd. terpilih menjadi pemenang lelang di East Ganal dari total dua peminat, satu peminat lainnya adalah konsorsium AGRA IV - EnQuest Global Ltd.

Eni pun memberikan komitmen pasti senilai US$35,35 juta dolar di East Ganal. Dana investasi itu digunakan untuk G&G dan pengeboran 1 sumur eksplorasi.

Regional President Asia Pacific of British Petroleum (BP) Nader Zaki mengatakan, untuk bisa memunculkan potensi hulu migas yang besar di Indonesia itu membutuhkan infrastruktur yang mendukung. Hal itu bakal menambah daya saing Indonesia.

"Jika fasilitas infrastruktur mendukung, hal itu bakal memudahkan dalam membangun strategi dengan optimalkan fasilitas yang ada. Akhirnya, peluang bisnis pun akan lebih banyak lagi, serta membuka potensi sumber daya alam lainnya," ujarnya.

Di sisi lain, SKK Migas pun mengakui infrastruktur yang belum memadai bisa membuat penyaluran gas dari hulu ke hilir menjadi lebih sulit.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, dengan infrastruktur yang masih minim penyaluran gas dari hulu ke hilir menjadi lebih sulit. Seperti, gas dari Bontang, Tangguh, dan Donggo masih sulit di bawa ke Jawa dengan alasan tidak ada infrastruktur.

"Akibat tidak ada infrastruktur yang memadai itu, beberapa hotel di bandung yang menggunakan gas harus lewat LNG [Liquified Natural Gas]. LNG itu dikirim dari Bontang ke Tanjung Priok, ada proses yang panjang," ujarnya.

Sementara itu, di luar persoalan infrastruktur yang masih harus diperkuat, kolaborasi antara pemerintah selaku regulator dan kontraktor pun harus diperkuat lagi. Operator blok migas di suatu negara pun berharap diberikan fleksibilitas yang lebih banyak agar bisa memproduksi lebih besar lagi dan menggelontorkan dana untuk investasi.

President Malaysia Petroleum Management of Petronas Muhammad Zamri Jusoh VP mengatakan, dalam proses pengelolaan blok migas, operator berada di garis paling depan. Keunggulan kemampuan dan kemampuan teknologi mumpuni bakal mempengaruhi kinerja yang dihasilkan.

"Nah, posisi pemerintah selaku regulator ini bertugas mencari tantangan yang dihadapi operator. Jika, tantangan itu bisa diatasi, tingkat daya saing Indonesia pun akan semakin tinggi," ujarnya.

Franco pun menuturkan, kolaborasi yang apik antara operator dan pemerintah bakal membuat target yang ditentukan bisa dicapai. Sejauh ini, Eni yang sudah berinvestasi cukup besar di Indonesia merasa kondisi daya saing sudah cukup baik.

"Daya saing bisa semakin tinggi jika pemerintah selaku regulator bisa menjaga keseimbangan investasi, sedangkan kami selaku operator menyediakan teknologi untuk menyelesaikan produksi tepat waktu," ujarnya.

Eni pun mencontohkan, kinerja perusahaan asal Italia itu telah membuat kinerja Jangkrik bisa lebih tinggi 40% sampai 60% dari ekspektasi. Optimalisasi hasil Jangkrik itu pun telah menambah pendapatan negara, menambah persediaan LNG, dan pembangunan.

Franco menuturkan, interaksi lebih giat harus dilakukan untuk bisa kolaborasi. Hal itu dilakukan agar antara operator dan pemerintah bisa mencapai visi yang sama lewat jalur yang sama.

"Jangan sampai, Pemerintah dan operator memiliki visi yang sama, tetapi melalui jalur yang berbeda sehingga tidak ada kesinambungan," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Surya Rianto
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper