Bisnis.com, JAKARTA -- Pendidikan dan pelatihan berjenjang bagi anggota koperasi dianggap menjadi kunci sukses berkoperasi.
Hal tersebut karena keberhasilan atau kegagalan koperasi banyak bergantung pada tingkat pendidikan yang dampaknya akan meningkatkan partisipasi anggota.
Kepala Bagian Data Kementerian Koperasi dan UKM, Catur Susanto mengatakan pendidikan dan pelatihan sangat diperlukan untuk memberikan bekal yang memadai kepada anggota koperasi, agar mereka dapat berperan secara aktif dan dinamis.
"Dalam praktik koperasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan baik bagi pengurus, pengawas, anggota, maupun manajemen [ baik itu] manajer dan karyawan, minimal terdapat tiga tiga jenjang, yaitu pendidikan dan pelatihan dasar, menengah, dan lanjut," katanya, dalam keterangan resminya, Selasa (24/4/2018).
Secara empiris, katanya, hal ini telah dipraktikan oleh banyak koperasi, antara lain Koperasi Kredit (Credit Union), Koperasi Wanita dan Koppontren) dan gerakan koperasi lainnya melalui pengembangan kurikulum dan silabusnya yang diperuntukkan bagi pengurus, pengawas maupun anggota koperasi.
Catur mengatakan, jenjang yang dimulai dari Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) merupakan pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam koperasi, serta mempersiapkan anggota, pengurus, pengawas dan manajemen untuk mengikuti pendidikan menengah.
"Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk berorganisasi dalam koperasi berupa pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar," katanya.
Pendidikan dan Pelatihan Dasar diberikan bagi pengurus, pengawas dan anggota maupun manajemen yaitu manajer dan karyawan yang memberikan pembekalan dan pemahaman yang bersifat dasar, seperti jati diri koperasi.
Jati diri koperasi termasuk definisi, nilai dan prinsip koperasi, dasar-dasar manajemen koperasi, akuntansi dan keuangan dasar koperasi, serta hal- hal mendasar tentang organisasi dan manajemen seperti keuangan dan usaha koperasi yang merupakan tahap awal atau dasar.
Sementara pendidikan dan pelatihan menengah lebih banyak memberikan pembekalan dan pemahaman yang bersifat menengah, seperti organisasi dan manajemen koperasi, akuntansi dan keuangan menengah koperasi, serta hal-hal tentang organisasi dan manajemen (keuangan dan usaha) koperasi yang merupakan tahap kedua atau menengah.
"Kemudian pendidikan lebih untuk mempersiapkan anggota, pengurus, pengawas, serta manajemen menjadi internal ekosistem koperasi yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya dan stakeholder koperasi, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam upaya diversifikasi dan ekspansi usaha koperasi," katanya.
Menurutnya, upaya pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan secara masif, tersistem, terstruktur atau berjenjang tersebut, akan mendorong proses internalisasi dan transformasi ilmu pengetahuan bagi pelaku internal koperasi semakin baik.
"Dengan begitu kekuatan koperasi dalam menyikapi perubahan lingkungan internal dan eksternal yang sangat dinamis juga semakin baik," katanya.
Dia menambahkan pendidikan anggota yang tersistem, terstruktur dan berkelanjutan akan mewujudkan soliditas koperasi.
"Memang harus disadari bahwa pada dasarnya maju mundurnya koperasi ada di tangan pengurus dan pengawas, sedangkan jatuh bangunnya koperasi ada di tangan anggota," katanya.