Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berbagai Faktor Penyebab Investasi Migas Lesu Selama 2015-2017

Tren investasi minyak dan gas bumi turun sejak 2015 hingga 2017 akibat harga minyak masih rendah. Bahkan, investasi untuk kegiatan eksplorasi semakin kecil.
Ilustrasi pengeboran minyak./Bloomberg-Jeyhun Abdulla
Ilustrasi pengeboran minyak./Bloomberg-Jeyhun Abdulla

Bisnis.com, JAKARTA — Tren investasi minyak dan gas bumi turun sejak 2015 hingga 2017 akibat harga minyak masih rendah. Bahkan, investasi untuk kegiatan eksplorasi semakin kecil.

Pada 2015, investasi migas Indonesia mulai mencatatkan penurunan drastis sebesar 24,88% menjadi US$15,29 miliar dibandingkan dengan realisasi pada 2014.

Tren penurunan itu terus berlanjut pada 2016 setelah investasi turun 24,27% menjadi US$11,58 miliar. Pada 2017 tren penurunan investasi masih terus berlanjut sebesar 11,37% menjadi US$10,26 miliar.

Namun, pada 2018, Kementerian ESDM menargetkan investasi bisa naik 38,02% menjadi US$14,17 miliar atau mendekati level tertinggi pada 2015.

Sekretaris Ditjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Susyanto mengatakan, selain penurunan harga minyak pada periode itu, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan investasi migas Indonesia terus merosot sejak 2015.

"Pertama, regulasi tumpang tindih  menjadi salah satu penyebab turunnya investasi migas di Indonesia," ujarnya, Kamis (19/4).

Untuk itu, Kementerian ESDM pun telah menyederhanakan beberapa aturan dan regulasi. Per Maret 2018, Kementerian ESDM telah menghapus dan menyederhanakan 18 regulasi dan 23 sertifikasi migas, peraturan yang dicabut itu karena dianggap menghambat investasi.

Susyanto mengatakan, faktor yang menyebabkan turunnya investasi antara lain masih minimnya stimulus insentif fiskal. Selain itu, lapangan atau sumur-sumur minyak di Indonesia juga sudah tua.

"Terakhir, faktor yang menyebabkan investasi migas Indonesia turun antara lain, wilayah cekungan yang belum dieksplorasi bergeser ke arah timur dan berada di kawasan laut dalam. Hal itu membuat tingkat risiko menjadi tinggi dan para investor membutuhkan data dan investasi lebih besar demi mencapai produksi," ujarnya.

Dari data Januari 2017, cadangan minyak di Indonesia sebesar 7,53 miliar barel. Dari total itu, cadangan minyak di Indonesia timur untuk P1 (potensi) sebesar 344,2 juta barel, cadangan P2 (cadangan terbukti) sebanyak 95,1 juta barel, dan P3 26,8 juta stok tank barel.

Lalu, cadangan gas di Indonesia sebesar 142,72 triliun kaki kubik (MMscfd). Dari total itu, cadangan gas di Indonesia timur antara lain, P1 26,72 triliun kaki kubik (bcf), P2 6,54 bcf, dan P3 sebesar 5,12 bcf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Surya Rianto
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper