Bisnis.com, JAKARTA — Morgan Stanley memprediksi tingkat penetrasi e-commerce terhadap total transaksi ritel di Indonesia mencapai 19% pada 2027.
Angka itu melejit enam kali lipat dibanding penetrasi e-commerce terhadap total transaksi ritel saat ini yang sebesar 3%. Dalam riset terbarunya yang bertajuk Disruption Decoded Indonesia: Digital Disruption yang dikutip Bisnis, Rabu (18/4/2018), Morgan Stanley menyinggung lambatnya perkembangan ritel modern di Indonesia.
Hal itu kemudian justru mampu memperkuat laju pertumbuhan e-commerce. Penguatan penetrasi e-commerce terhadap total transaksi ritel turut disertai dengan kenaikan penetrasi uang elektronik dan konsumsi data broadband.
Dalam kurun waktu yang sama, penetrasi pengunaan uang elektronik diprediksi tumbuh menjadi sebesar 24% dari total transaksi yang terjadi di Indonesia dari hanya sebesar 2% pada 2017. Sementara itu, penetrasi penggunaan layanan internet broadband diproyeksikan tumbuh menjadi sebesar 29% pada 2027 dari sebelumnya sebesar 9% pada tahun lalu.
Riset yang sama memperkirakan digitalisasi menjadi salah satu faktor yang mampu mempercepat laju pertumbuhan PDB Indonesia. PDB Indonesia diperkirakan mampu mencapai US$2,7 triliun pada 2027 dengan kapitalisasi pasar hingga US$1,5 triliun.
Laporan Morgan Stanley itu memprediksi semakin banyak arus modal yang masuk ke dalam ekosistem digital Indonesia dalam 12-18 bulan ke depan. Sepanjang kuartal pertama tahun ini, Alibaba mengalirkan investasi senilai US$ 2 miliar kepada Lazada yang pasar utamanya berada di Indonesia. Go-Jek pada kuartal I/2018 pun turut menutup putaran pendanaan terbaru senilai US$1,5 miliar.
Dukungan pemerintah terkait penggunaan uang elektronik, standarisasi pemayaran berbasis kode QR, dan peluncuran gerbang pembayaran nasional yang ditargetkan terjadi pada pertengahan 2018 diprediksi semakin meningkatkan arus modal ke dalam ekosistem digital Indonesia.