Bisnis.com, JAKARTA -- Investasi migas di Indonesia diprediksi lebih menggeliat pada 2018 karena momentum kenaikan harga minyak dunia. Namun, iklim investasi Indonesia dinilai masih ada yang perlu dibenahi agar bisa benar-benar 'nyaman' untuk investor menggelontorkan pundi-pundi duitnya ke Indonesia.
Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA) sekaligus Presiden Diretkur Santos (Sampang) Pty. Ltd. Ignatius Tenny Wibowo mengakui, investasi migas di Indonesia memang berpotensi bangkit pada tahun ini. Salah satu indikatornya adalah kenaikan harga minyak dunia yang sudah lebih menarik setelah selama dua sampai tiga tahun terakhir merosot.
"Untuk indikator investasi migas di Indonesia lainnya bakal saya sebutkan nanti pas IPA Convention and Exhibition 2018 pada 2 Mei 2018 - 4 Mei 2018 di JCC nanti," ujarnya pada Kamis (12/4).
Adapun, Tenny juga mengapresiasi pemerintah terkait berbagai langkah kebijakan untuk menyederhanakan birokrasi. Itu disebutnya menjadi salah satu yang bisa mendorong iklim investasi di Indonesia menjadi lebih baik lagi.
"Terutama, kebijakan pemeriksaan bersama untuk KKKS [Kontraktor Kontrak Kerja Sama] migas yang menjadi satu. Dengan begitu, proses dan biaya yang dikeluarkan untuk laporan dan pemeriksaan itu bisa lebih cepat," ujarnya.
Pada bulan ini, Pemerintah memang mengumumkan akan melakukan pemeriksaan bersama yang dilakukan oleh Satgas yang terdiri dari Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Sebelumnya, pemeriksaan kepada wajib pajak dari KKKS dilakukan tiga kali dan bisa memakan waktu hingga 1,5 tahun.
Namun, setelah proses pemeriksaan dilakukan secara bersama-sama, prosesnya disebut bisa lebih cepat menjadi hanya 60 hari.
Di luar itu, Kementerian ESDM juga terus melakukan penyederhanaan aturan demi membuat proses lebih sederhana.
Meskipun begitu, Tenny mengingatkan, ini bukan menjadi langkah akhir yang bisa mendorong investasi.
"Untuk itu, pada tahun ini, IPA Convention & Exhibition bakal membahasan daya saing investasi migas. Di sana akan dilihat apakah daya saing investasi migas Indonesia sudah lebih baik dan bagaimana perbandingannya dengan negara lain," ujarnya.
Pada gelaran tahun ini, IPA pun mengundang Menteri Perminyakan dan Mineral Mesir Eng. Tarek El-Molla. Kehadiran menteri dari negeri Piramid itu pun bukan tanpa alasan.
Tenny mengungkapkan, pihaknya melihat tingkat investasi migas Mesir mengalami kenaikan yang signifikan, termasuk ketika harga minyak dunia sedang rendah.
"Nah, nanti bisa diketahui strategi dan kebijakan apa yang dilakukan pemerintah Mesir tersebut. Mengapa sampai bisa mencatatkan investasi di tengah harga minyak yang rendah," ungkapnya.
Selain itu, para pelaku usaha hulu migas itu pun menantikan pula diberikan insentif tax holiday, tetapi sampai saat ini tidak termasuk sektor usaha yang mendapatkan insentif tersebut. Pada sektor migas, pembangunan kilang yang mendapatkan insentif tax holiday tersebut.
Di sisi lain, tren investasi migas di Indonesia sampai kuartal I/2018 senilai US$2,4 miliar atau mencapai 17% dari total target 2018 US$14,2 miliar.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabowo Taher mengatakan, untuk investasi sampai kuartal pertama tahun ini, mayoritas sebanyak 69% untuk kegiatan produksi, sedangkan 11% untuk kegiatan pengembangan.
"Nah, sisanya sekitar 20% digunakan untuk eksplorasi dan kebutuhan general administrasi," ujarnya.