Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tidak khawatir terhadap penurunan penyaluran Premium di luar Jawa, Madura, dan Bali pada kuartal I/2018 sebesar 35%. Pasalnya, sisa kuota yang belum tersalurkan bisa dijadikan cadangan untuk menghadapi dua momentum, yakni, Idulfitri dan Natal.
Sampai kuartal I/2018, penyaluran Premium di luar Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) mencatatkan penurunan sebesar 35% menjadi 1,32 juta kiloliter. Pertamina pun baru menggelontorkan 17,6% dari total kuota pada kuartal pertama sebesar 7,5 juta kiloliter.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, saat ini baru sampai kuartal pertama sehingga lebih kuota pada setiap kuartal bisa dimaksimalkan untuk kebutuhan Premium di daerah yang masih membutuhkan.
"Harusnya, setiap kuartal kan menyalurkan 25% dari total kuota, kalau kuartal I/2018 baru 17%, itu sisanya bisa untuk cadangan saat momentum Idul Fitri dan Natal," ujarnya pada Senin (2/4).
Djoko pun mengandaikan, setiap kuartal penyaluran Premium sebesar 20% dari total kuota, berarti total penyaluran Premium adalah 80% dari total kuota sehingga 20% sisanya bisa dijadikan cadangan.
"Saat ini kuota pun masih banyak sehingga tidak perlu ada persiapan pertambahan kuota Premium," ujarnya.
Saat ini, harga Premium masih tetap Rp6.450 per liter. Harga Premium yang tetap itu membuat gap harga dengan produk lain seperti, Pertalite maupun Pertamax Series kian melebar.
Adapun, harga Pertalite sekitar Rp7.800 per liter sampai Rp8.150 per liter, harga Pertamax 92 berkisar antara Rp8.900 per liter sampai Rp11.750 per liter, sedangkan harga Pertamax Turbo berkisar Rp10.100 per liter sampai Rp17.100 per liter.
PT Pertamina (Persero) mengkhawatirkan gap harga itu membuat masyarakat yang sudah menggunakan Pertalite dan Pertamax kembali lagi menggunakan Premium.