Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyaluran Premium Kuartal I/2018 Turun Drastis, Kenapa?

Penyaluran Premium mencatatkan penurunan sebesar 35% menjadi 1,32 juta kiloliter di kawasan luar Jawa, Madura, dan Bali sepanjang kuartal I/2018 dibandingkan dengan periode sama pada 2017.
Kendaraan antre pengisian bahan bakar minyak bbm di SPBU jalur Pantura, Tegal, Jawa Tengah, Senin (4/7)./Antara
Kendaraan antre pengisian bahan bakar minyak bbm di SPBU jalur Pantura, Tegal, Jawa Tengah, Senin (4/7)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA -- Penyaluran Premium  di Jawa, Madura, dan Bali turun 35% menjadi 1,32 juta kiloliter sepanjang kuartal I/2018 dibandingkan dengan periode sama pada 2017 sebanyak 2,03 juta kl.

Tren itu melanjutkan penurunan penyaluran bahan bakar minyak (BBM) dengan kandungan oktan (research octane number/RON) 88 itu pada 2 bulan pertama tahun ini yang sebesar 30%.

Penyaluran Premium di luar Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) adalah BBM penugasan yang kuotanya telah ditetapkan oleh Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas.

Pada 2018, kuota Premium sebagai BBM penugasan kepada Pertamina diturunkan sebesar 40% menjadi 7,5 juta kl dibandingkan dengan 2017 sebesar 12,5 juta kl.

Bila melihat realisasi penyaluran Premium di luar Jawa dan Bali oleh Pertamina sampai kuartal pertama tahun ini, perusahaan pelat merah itu telah menyalurkan 17,6% dari total kuota yang ditetapkan BPH.

Kalau, kuota Premium 7,5 juta kl dibagi rata setiap kuartal, berarti per 3 bulan penyaluran Premium yang harus digelontorkan adalah setara 25% dari total kuota atau sebanyak 1,87 juta kl.

Dengan pencapaian sampai akhir Maret 2018 berada di 1,32 juta kl, berarti pada kuartal pertama ada selisih 500.000 kilo liter dibandingkan dengan perhitungan bagi rata penyaluran kuota Premium.

Lalu, penyaluran Premium di kawasan Jawa dan Bali mencatatkan penurunan sebesar 50% menjadi 774.435 kl dibandingkan dengan periode sama pada 2017.

Adapun, penyaluran Premium di Jawa dan Bali bersifat BBM umum sehingga penyalurannya diserahkan sepenuhnya kepada badan usaha yakni, Pertamina.

Di sisi lain, permintaan Premium diprediksi bisa bertambah seiring dengan harga BBM penugasan itu yang tidak berubah sampai 2019 dan berada di level Rp6.450 per liter.

Potensi kenaikan permintaan Premium didorong oleh gap dengan harga BBM umum seperti Pertalite dan Pertamax Series kian menjauh.

Saat ini, harga Pertalite berada dikisaran RP7.800 per liter sampai Rp8.150 per liter, sedangkan harga Pertamax RON 92 berada di kisaran Rp8.900 per liter.

VP Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito dan External Communication Manager Pertamina Arya Dwi Paramita belum bisa memberikan penjelasan soal penurunan penjualan Premium tersebut.

Berdasarkan regulasi yang berlaku, penjualan Premium di Jawa, Madura, dan Bali bukan lagi sebuah penugasan sehingga Pertamina bisa menguranginya atau menambah.

Sebaliknya, distribusi Premium di luar Jawa, Madura, dan Bali menjadi sebuah kewajiban bagi Pertamina sesuai dengan kuota yang ditetapkan pemerintah karena masih menjadi penugasan perseroan itu.

Penurunan konsumsi Premium tersebut bisa disebabkan dua alasan. Pertama, konsumen memang beralih ke BBM jenis lain yang lebih berkualitas, seperti Pertalite dan seri Pertamax. Kedua, penurunan konsumsi Premium itu sebagai strategi Pertamina untuk mengurangi kerugian karena harga jual Premium di bawah harga keekonomian.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper