Bisnis.com, JAKARTA - Royal Dutch Shell berencana semakin ekspansif pada sektor hilir dalam jangka panjang. Bahkan, perusahaan asal Belanda itu menargetkan mendapatkan arus kas senilai US$6 miliar sampai US$7 miliar dari sektor hilir tersebut.
Chief Executive Officer Royal Dutch Shell Ben Van Beurden mengatakan, pihaknya akan memperluas, meningkatkan kedalaman, sampai kekuatan mereknya demi bisa lebih kompetitif lagi. Hal itu diharapkan bisa membantu menghasilkan arus kas yang kuat selama beberapa tahun ke depan.
"Bisnis hilir kami sangat unik dan memiliki fundamental kuat sebagai investasi kelas dunia," ujarnya dalam keterangan resmi pada Rabu (21/3).
Direktur Hilir Royal Dutch Shell John Abbot mengatakan, pihaknya mengandalkan pola pikir konsumen sentris dan menciptakan bisnis hilir yang terintegrasi.
"Kami memiliki rekam jejak pengiriman yang kuat, portofolio bisnis yang terdiversifikasi, dan rencana pertumbuhan ambisius. Hal itu dapat dilakukan karena dukungan keunggulan operasional sehingga kami bisa memastikan bisnis yang dijalankan tetap kuat untuk saat ini maupun masa depan," ujarnya.
Shell pun berekspektasi bisa mendapatkan arus kas bebas secara organik senilai US$6 miliar sampai US$7 miliar pada 2020. Perusahaan migas dunia itu pun menargetkan bisa meraup arus kas bebas senilai US$7 miliar sampai US$9 miliar pada 2025.
Target arus kas bebas untuk jangka menengah panjang itu diharapkan bisa mendorong rasio laba atas rata-rata modal yang digunakan atau Return on Average Capital Employed (ROACE) di atas 15%.
Pada bisnis ritel, perseroan menargetkan bisa menjadi peritel hilir migas nomor satu pada 2025. Shell pun berambisi bisa mendapatkan 40 juta pelanggan dari 55.000 wilayah dari saat ini yang sebesar 30 juta pelanggan dari 44.000 wilayah.
Adapun, Shell berencana menambah operasi di 10.000 wilayah baru dengan rincian 5.000 wilayah berada di China, India, Indonesia, dan Rusia. Perusahaan Belanda itu pun akan menambah 5.000 toko baru yang lebih selektif di seluruh dunia, serta tambahan layanan digital.
Pada bisnis pelumas, Shell menargetkan bisa mencapai US$2,5 miliar pada 2025. Pertumbuhan itu akan didorong oleh segmen premium yang akan diperkuat pasarnya di beberapa negara seperti, China, Indonesia, India, Meksikom dan Rusia.
Lalu, sektor pengolahan dan perdagangan juga akan diintegrasikan agar portofolio bisa lebih di manajemen dengan baik.
Shell pun berencana melakukan investasi tahunan sebesar US$2 miliar sampai US$3 miliar. Hal itu dilakukan demi bisa memperkuat ketahanan portofolio pengolahan ke depannya.
Pada bisnis petrokimia, Shell juga ingin mendorong pertumbuhan bisnis yang tangguh hingga bisa mencatatkan pendapatan US$3,5 miliar sampai US$4 miliar per tahun pada 2025.
Dalam mengembangkan bisnis petrokimia, Shell juga akan menggelontorkan investasi sekitar US$3 miliar sampai US$4 miliar per tahun. Dana itu akan digunakan untuk proyek-proyek skala dunia.
Shell pun menargetkan bisa mencatatkan pendapatan tahunan sekitar US$4 miliar pada 2025 dibandingkan dengan pencapaian pada 2017 yang senilai US$2,2 miliar.