Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Maskapai Penerbangan Serentak Keluhkan Pelemahan Rupiah

Sejumlah perusahaan maskapai penerbangan mengeluhkan dampak pelemahan rupiah yang berpengaruh terhadap biaya operasional pesawat.
Pesawat udara berada di kawasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Sabtu (23/9)./ANTARA-Fikri Yusuf
Pesawat udara berada di kawasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Sabtu (23/9)./ANTARA-Fikri Yusuf

Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah perusahaan maskapai penerbangan mengeluhkan dampak pelemahan rupiah yang berpengaruh terhadap biaya operasional pesawat.

Direktur Operasional PT Garuda Indonesia Tbk. Triyanto Moeharsono mengatakan seluruh biaya operasional pesawat terbang menggunakan dolar AS. Sehingga, fluktuasi rupiah akan sangat berpengaruh.

"Memang cukup memberatkan biaya operasional kami. Tetapi, dari sisi pendapatan masih dikompensasi oleh pemasukan dari rute internasional," ungkapnya, Minggu (18/3/2018).

Triyanto menambahkan sebanyak 50% pendapatan emiten berkode GIAA tersebut berasal dari penghasilan rute luar negeri. 

Di sisi lain, biaya perawatan pesawat telah diserahkan kepada anak usaha Garuda Indonesia, yakni PT GMF Aero Asia Tbk. Perusahaan perawatan pesawat tersebut memberikan konsesi khusus terhadap induk perusahaannya.

"Disepakati biaya agar dari kami tidak keberatan dan GMF tidak merugi. Selain itu, nilai pelemahan rupiah ini juga tidak secara drastis terjadi," ujarnya.

Dampak besar justru dialami oleh PT Citilink Indonesia yang harus menambah anggaran biaya operasional hingga US$2 juta per bulan. Sejumlah cara dilakukan untuk menyiasati kondisi tersebut.

Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo akan mengembangkan sistem untuk mengukur kebutuhan avtur pesawat secara lebih akurat.

Cara selanjutnya adalah dengan memperbanyak rute penerbangan. Semakin banyak rute akan menambah pendapatan maskapai, sehingga mampu menutup tambahan biaya operasional.

Sementara itu, Sriwijaya Air Group akan melakukan efisiensi di ranah internal perusahaan tanpa mengurangi tingkat keamanan penerbangan guna menyiasati dampak pelemahan rupiah.

Senior Manager Corporate Communication Sriwijaya Air Group Agus Soedjono menyatakan hampir sebagian besar pengeluaran maskapai penerbangan menggunakan mata uang dolar AS, sedangkan pemasukannya dalam rupiah.

"Kami akan lakukan efisiensi internal, tapi tidak mengorbankan atau mengurangi kualitas layanan terhadap penumpang. Perhatian terhadap keamanan tidak akan kami kurangi," tegasnya.

Secara terpisah, CEO PT AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan memilih untuk menyiasatinya dengan melakukan lindung nilai atau hedging.

"Kami melakukan hedging tersebut dengan lembaga keuangan internasional. Jadi semacam swap hedging dengan pihak perbankan," tuturnya.

Kendati demikian, pihaknya akan meningkatkan efisiensi agar struktur biaya operasional bisa lebih kompetitif. Cara tersebut ditempuh agar maskapai tidak sampai melakukan penyesuaian harga tiket.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper