Bisnis.com, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) menilai biaya recovery lebih fair dilihat dengan membandingan wilayah kerja atau aset yang mirip. Adapun, perusahaan pelat merah itu mengklaim terus fokus pada efisiensi.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, lebih fair dan tergambar dengan baik kalau perbandingannya dari segi aset per aset yang memiliki spesifikasi mirip.
"Kami pun tetap fokus terhadap biaya produksi dan selalu berusaha melakukan operasi dengan efisien serta menjaga aspek keselamatan dan keamanan," ujarnya kepada Bisnis pada Senin (26/2).
SKK Migas sempat menyebutkan, biaya cost recovery Pertamina dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional. Pertamina memiliki cost recovery sekitar US$20 per barel, sedangkan rata-rata nasional sekitar US$18 per barel - US$19 per barel.
SKK Migas ingin menekan biaya cost recovery PT Pertamina (Persero) agar bisa setara dengan rata-rata nasional. Tingkat cost recovery perusahaan pelat merah itu dinilai masih tinggi di atas rata-rata nasional karena luas operasi wilayah mencakup Sabang sampai Merauke.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabowo Taher mengatakan, secara umum rata-rata biaya recovery Pertamina pada 2017 sekitar US$20 per barel, sedangkan rata-rata nasional berada sekitar US$18 per barel sampai US$19 per barel.
"PT Pertamina EP, anak usaha Pertamina, menjadi salah satu yang tingkat cost recovery agak tinggi,"