Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Industri Kakao Indonesia mencatat terjadinya lonjakan impor biji kakao hingga 271% pada tahun lalu sebagai akibat dari semakin melemahnya produksi biji kakao dalam negeri.
Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Sindra Wijaya menyebutkan impor biji kering kakao dari luar negeri pada 2017 mencapai 226.000 ton meningkat sekitar 165.000 ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Impor biji kakao tersebut berasal dari sejumlah negara seperti Pantai Gading, Ghana, Kamerun, Nigeria, dan Ekuador.
“Impor naik hampir 300% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tepatnya 271%,” katanya, Kamis (15/2/2017).
Peningkatan impor yang sangat drastis ini, kata Sindra, terpaksa dilakukan agar pabrik pengolahan biji kakao bisa terus berjalan di tengah semakin menurunnya produksi kakao dalam negeri. Adapun penurunan produksi ini, menurutnya telah terjadi selama sedikitnya sepuluh tahun.
Bahkan, menilik data dari AIKI, dalam 10 tahun terakhir, persentasi peningkatan impor telah mencapai 653% - 1.030%
“Dulu biji kakao dari Afrika kita impor cuma untuk blending karena karakternya yang beda itu. Dulu [sekirar 10 tahun lalu] itu sekitar 20.000 -30.000 ton saja kita impor. Nah, tapi karena produksi kakao dalam negeri semakin turun, bukan lagi kami impor untuk pencampur tapi bahan utama untuk produksi. Makanya semakin banyak kita impor bahan baku,” jelasnya.
Dia menambahkan jika kondisi tidak berubah, kemungkinan besar tahun ini industri akan kembali mengimpor biji kakao kering dengan peningatan volume sekitar 5-10% dibandingkan tahun lalu.
Adapun penurunan produksi biji kakao menurutnya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia tanaman kakao yang pada umumnya telah berumur atau tua, serangan hama yang belum bisa diatasi secara tuntas, program gerakan nasional (Gernas) yang dinilai belum berdampak signifikan, serta peralihan fungsi lahan kakao menjadi perkebunan tanaman lain, juga fokus pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian, yang menurutnya lebih tertuang pada tanaman padi, jagung, dan kedelai.