Bisnis.com, JAKARTA - Menurut Pengamat Ekonomi Muhamad Chatib Basri, pasar tidak selamanya efisien karena informasi yang tersedia tidak merata.
Jika informasi tidak merata, maka akan ada risiko transaksi ataupun mekanisme pasar tidak terjadi. Kekhawatiran ini terjawab oleh teknologi digital.
Teknologi digital, menurutnya, mampu memberikan informasi tanpa menaikkan harga transaksi, karena salah satu penyebab tingginya biaya transaksi adalah hambatan dalam komunikasi.
"Persoalannya, teknologi digital datang bukan hanya dengan manfaat. Ada juga potensi persoalan seperti waktu untuk beradaptasi, penurunan lapangan kerja, dan perlunya keterampilan baru," ujarnya dalam seminar Disrupsi Digital di Hotel Ritz Carlton Jakarta, Senin (5/2/2018).
Disrupsi digital memang telah melanda ke hampir semua sektor usaha, dengan segenap implikasinya.
Fenomena luar biasa ini tidak memberikan banyak pilihan kepada pelaku usaha, kecuali untuk segera beradaptasi atau tersaingi dengan perkembangan digital yang bergerak semakin cepat.
Namun, untuk melakukan sebuah transformasi yang sifatnya drastis dan memberikan dampak signifikan prosesnya tidak mudah dan tidak murah.
Direktur PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) Kharim Indra Gupta Siregar mengatakan program transformasi tidak hanya membutuhkan keberanian tetapi juga kecepatan dalam mengeksekusi.
"Yang tak kalah penting, digitalisasi juga memerlukan biaya yang tidak sedikit," ujarnya.
Untuk diketahui, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir BTPN telah mengeluarkan dana hingga Rp1,2 triliun sebagai investasi perbankan digital guna meningkatkan efisiensi dan menumbuhkan bisnis.
Sepanjang semester I/2017 saja BTPN telah menanamkan investasi untuk dua produk digital banking yakni BTPN Wow! dan Jenius sebesar Rp427 miliar.
Kharim melanjutkan, BTPN mewujudkan transformasi digital dengan melakukan dua hal yakni menciptakan produk inovatif berbasis digital dan melakukan transformasi bisnis dengan konsep pelayanan nasabah dengan konsep costumer-centric.
Untuk melaksanakan keduanya BTPN mengalokasikan investasi cukup besar untuk belanja IT, infrastruktur dan menganggarkan biaya operasional untuk melatih karyawan agar mampu beradaptasi dengan transformasi tersebut.