Bisnis.com, JAKARTA—Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian memperkenalkan metode pemijatan dan pelengkungan (pikung) untuk mempercepat tanaman jeruk berbuah.
Melalui keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, Kepala Balitjestro Dr Taufiq M. Ratulle mengatakan dengan metode ini petani akan lebih bersemangat untuk mengembangkan jeruk keprok.
"Teknik ini cukup mudah untuk diaplikasikan karena tidak perlu keterampilan khusus," katanya.
Dia menyatakan dalam membudidayakan jeruk, terutama keprok selama ini membutuhkan waktu rata-rata 4 tahun untuk berproduksi. Ini membuat petani lebih memilih untuk mengembangkan jeruk siam yang relatif lebih cepat dalam berproduksi.
Sebenarnya jeruk keprok mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi karena jeruk impor yang membanjiri pasar dalam negeri merupakan jenis keprok..
Untuk mengatasi masalah lamanya produksi pada jeruk keprok, petani dapat mengimplementasikan metode pemijatan dan pelengkungan (pikung) pada percabangan.
"Dengan metode pikung petani tidak perlu khawatir untuk menanam jeruk keprok karena umur produksi awal relatif sama dengan jeruk siam," katanya.
Menurut teknisi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Balitbangtan Ady Cahyono, waktu yang tepat untuk melenturkan percabangan adalah pada saat tanaman mulai layu, tepatnya pada awal musim kemarau.
Namun, sebelum melakukan pelenturan, tanaman perlu dipupuk terlebih dahulu 3 bulan sebelumnya.
Pada kondisi tersebut tanaman berhenti bertunas dengan kondisi sedikit layu sehingga cabang tidak mudah patah saat dilakukan proses pelenturan. Selepas pelenturan, tanaman tidak perlu disiram air hingga 3 bulan.
Teknik pikung telah diaplikasikan di Kebun Percobaan Banaran, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Balitbangtan. Hasilnya, tanaman jeruk Keprok Batu 55 dapat berbuah pada umur 2,5 tahun dengan produksi 20 kg hingga 25 kg per pohon.