Bisnis.com, JAKARTA--Industri manufaktur menjadi penyumbang pajak terbesar pada 2017 dengan 31,8% dari total keseluruhan penerimaan pajak negara pada periode tersebut.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan industri manufaktur juga berperan sebagai kontributor utama penyumbang produk domestik bruto (PDB) pada 2017.
“Industri manufaktur mampu memberikan kontribusi tertinggi sebagai penyetor pajak. Artinya, mereka juga menunjukkan kepatuhan wajib pajak,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (9/1/2018).
Airlangga juga menyebut, aktivitas industri yang konsisten terbukti dapat membawa multiplier effect secara signifikan bagi perekonomian di Indonesia.
Sumbangsih tersebut, lanjutnya, antara lain melalui peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor. “Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian fokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri,” jelasnya.
Industri pengolahan masih memiliki andil yang besar dalam menyumbangkan pajak penghasilan (PPh) nonmigas setiap tahun kepada negara. Sepanjang 2017, penerimaan pajak dari sektor manufaktur ini tercatat tumbuh sebesar 17,1%.
Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, realisasi penerimaan pajak pada 2017 menyentuh angka Rp1,151 triliun. Adapun, PPh dari sektor nonmigas tercatat sebesar Rp596,89 triliun.
Industri pengolahan terus menjadi kontributor tertinggi terhadap penerimaan PPh nonmigas dengan capaian 31,8%. Kemudian, diikuti sektor perdagangan 19,3%, jasa keuangan 14%, dan pertanian 1,7%.
Peningkatan nilai tambah pada sektor industri berbasis agro dan tambang mineral telah menghasilkan berbagai produk hilir seperti turunan kelapa sawit dan stainless steel.
Adapun, jumlah ragam produk hilir kelapa sawit meningkat menjadi 154 produk sepanjang periode 2015-2017 dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebanyak 126 produk.
Lalu, pada periode 2015-2017, industri smelter terintegrasi di Tanah Air juga telah mulai berproduksi dengan produk turunannya berupa stainless steel yang berkapasitas dua juta ton per tahun.
Jumlah tersebut naik dibanding dengan produksi pada 2014 yang hanya sekitar 65.000 ton dengan output produk setengah jadi berupa feronikel dan nickel matte.