Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha di industri kakao berharap ada revolusi kakao karena perkebunan kakao nasional dalam tahap kritis. Revolusi kakao dapat membantu petani merevitalisasi perkebunan kakao petani.
Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Pieter Jasman mengatakan produktivitas kakao nasional sangat rendah, sekitar 500 kg/ha/tahun. Belum lagi serangan hama Penggerek Buah Kakao, pohon yang telah tua, serta kondisi cuaca ekstrem mengakibatkan produksi kakao nasional terus menurun dari tahun ke tahun.
"Untuk itu sangat diperlukan dorongan dari pemerintah untuk memberikan bantuan kepada para petani berupa bibit unggul, cara penanganan hama Penggerek Buah Kakao, subsidi pupuk, serta tenaga penyuluh bagi para petani," kata dia pekan kemarin.
Dia berharap bantuan pemerintah dapat mendorong kembali gairah petani menanam dan merawat pohon kakao, sehingga produksi kakao nasional dapat meningkat. Apalagi, perkebunan kakao merupakan salah satu komoditas unggulan dengan potensi pasar yang besar baik di dalam maupun luar negeri.
Industri kakao saat ini tengah krisis pasokan bahan baku. Kebutuhan industri sekitar 800.000 ton per tahun, tetapi produksi biji kakao hanya 340.000 ton per tahun. Impor biji kakao diperkirakan mencapai 200.000 ton pada tahun ini.
"Kami berharap Kementerian Pertanian serius melihat hal ini dan menganggarkan kembali program Gernas Kakao minimal hingga 5 tahun kedepan untuk penuhi kebutuhan industri," katanya.