Bisnis.com, JAKARTA - Pebisnis di Pelabuhan Tanjung Priok menginginkan sinergi pengelolaan terminal peti kemas JICT dan TPK Koja yang melayani ekspor impor di pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.
Ketua Forum Pengusaha Jasa Transportasi dan Kepabeanan (PPJK) M.Qadar Jafar mengatakan, saat ini justru terkesan ada tarik menarik pasar pelayaran peti kemas antar kedua terminal peti kemas tersebut, kendati pengelolaan kedua terminal sama-sama di kendalikan PT Pelindo II/IPC dan Hutchison Port Holding Indonesia (HPI).
"Hendaknya disinergikan saja (manajemen pengelolaanya) supaya lebih efektif dalam merespon layanan pemakai jasa di pelabuhan Priok," ujarnya kepada Bisnis, Sabtu (9/12/2017).
Qadar mengungkapkan selama ini respons jika terjadi keluhan pengguna jasa sudah cukup baik di JICT dan TPK Koja, namun sayangnya respons yang sama belum diikuti di New Priok Car Terminal -One (NPCT-1).
Dia juga melihat terjadi perpindahan pasar layanan peti kemas ekspor impor di terminal peti kemas pelabuhan Tanjung Priok menjadi fenomena tersendiri.
"Yang terpenting bagi pengguna jasa dan consigne layanan dan produktifitas terminal peti kemas bisa lebih cepat, sehingga biaya logistik pemilik barang bisa ditekan," paparnya.
Berdasarkan data yang diperoleh Bisnis, telah terjadi perpindahan pasar peti kemas ekspor impor dalam tiga bulan terakhir ini dari JICT ke TPK Koja.
Bahkan, manajemen TPK Koja hingga akhir tahun ini telah mengumumkan bisa menangani 1 juta twenty foot equivalent units (TEUs), sedangkan JICT diperkirakan hanya menggapai 1,6 juta TEUS dari budget 2,2 juta TEUs.
Pada bulan Agustus 2017, ketika SPJICT melaksanakan mogok kerja dan dermaga Utara dioperasikan oleh TPK Koja, JICT mengalami penurunan hingga 65.773 TEUs, sedangkan TPK Koja mengalami peningkatan hingga 131.792 TEUs yang disebakan oleh diperasikannya 720 meter Dermaga Utara JICT oleh TPK Koja.
Selanjutnya, TPK Koja masih mengoperasikan 300 meter Dermaga Utara JICT beserta 4 unit QCC sehingga walaupun tidak setinggi bulan Agustus, throughput TPK Koja masih lebih tinggi daripada bulan-bulan sebelumnya.
Sebaliknya, JICT mengalami penurunan sebagai akibat dari dioperasikannya 300 meter Dermaga Utara beserta QCC oleh TPK Koja. Pada bulan September hingga November, throughput JICT tidak setinggi bulan-bulan sebelumnya.
Berdasarkan data itu juga terlihat bahwa jumlah penurunan throughput JICT pada bulan September hingga November 2017 hampir setara dengan jumlah kenaikan throughput TPK Koja di bulan-bulan tersebut, sehingga tidak berlebihan kalau ada yang beranggapan bahwa kenaikan throughput TPK Koja sebenarnya adalah mengambil throughput JICT dari dioperasikannya 300 meter Dermaga Utara JICT.
Baca Juga