Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Doing Business Indonesia Naik 19 Peringkat, Tapi Terlempar Dari 10 Besar Paling Improvisasi

Kendati mengalami kenaikan 19 peringkat kemudahan berbisnis dari tahun lalu, Indonesia gagal mengulang keberhasilan masuk 10 besar negara paling berimprovisasi dalam mendorong peringkat kemudahan berbisnis.
Ilustrasi aktivitas peneliti/Istimewa
Ilustrasi aktivitas peneliti/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Kendati mengalami kenaikan 19 peringkat kemudahan berbisnis dari tahun lalu, Indonesia gagal mengulang keberhasilan masuk 10 besar negara  paling berimprovisasi  dalam mendorong peringkat kemudahan berbisnis.

Seperti diketahui, dalam laporan yang bertajuk Doing Business 2018: Reforming to Create a Jobs, yang diterbitkan oleh Bank Dunia (World Bank) pada Rabu (1/11/2017), Indonesia berhasil menempati posisi 72 dari 190 negara yang disurvei.

Posisi tersebut meningkat 19 peringkat dari tahun lalu, saat Indonesia menempati posisi 91. Tahun lalu, peringkat Indonesia naik 15 tingkat dari tahun 2015 yang di [posisi 106.

Adapun, skor kemudahan berbisnis di Indonesia tahun ini mendapat skor 66,47 atau naik dari 64,22 pada tahun lalu.

Meskipun demikian, Indonesia tidak lagi bercokol dalam daftar 10 besar negara yang paling gencar melakukan reformasi kemudahan berusaha, meski dinilai sebagai negara paling banyak berbenah di Asia Pasifik.

Pasalnya pada tahun lalu, Indonesia berhasil masuk dalam daftar 10 tersebut. Adapun, di daftar tersebut, selain Indonesia, terdapat pula Brunei Darussalam, Kazakhstan, Kenya, Belarusia, Serbia, Georgia, Pakistan, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain.

Sementara itu pada tahun ini, Indonesia gagal mengulang presatasi itu. Dari kawasan Asia Tenggara, negara yang masuk dalam 10 besar negara paling berimprovisasi adalah Brunei Darussalam dan Thailand. Brunei sendiri berhasil mempertahankan prestasi tersebut selama dua tahun berturut-turut.

Dalam laporan tersebut, 10 besar negara berkembang paling berimprovisasi menurut Bank Dunia pada tahun ini adalah, Brunei Darussalam, Thailand, Malawi, Kosovo, India, Uzbekistan, Zambia, Nigeria, Djibouti, dan El Salvador.

“Salah satu yang menyebabkan Thailand dan Brunei masuk dalam daftar tersebut adalah lonjakan jumlah indkator penilaian yang direformasi oleh kedua negara tersebut,” kata  kata Operations Analyst Bank Dunia Dorina Georgieva, Rabu (1/11/2017).

Dalam laporan tersebut, Brunei pada tahun ini melakukan reformasi di 8 indikator atau naik dari 6 indikator pada tahun lalu.

Sementara itu Thailand justru melakukan lonjakan tajam dengan melakuan perbaikan di 8 sektor pada tahun ini dari 3 sektor tahun lalu.

Adapun, Indonesia cenderung stagnan dengan melakukan reformasi di 7 sektor pada tahun ini atau tak berubah dari tahun lalu.

Salah satu masukan yang diberikan oleh Bank Dunia kepada Indonesia adalah perbaikan yang lebih kuat di bidang penegakan kontrak, guna menciptakan iklim berbisnis yang lebih baik.  

Pasalnya, alam hal penegakan kontrak, nilai Indonesia masih berada di bawah 50 atau menjadi yang terendah di Asia Tenggara bersama dengan Filipina.  

Adapun negara-negara lain di kawasan ini seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand mencatatkan nilai di atas 50. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper