Bisnis.com,JAKARTA - Tim dari Indonesia Climate Change Trust Fund yang diketuai Bayu Dwi Apri Nugroho, ahli Klimatologi Pertanian dan Lingkungan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), memprediksi terjadi tren perubahan suhu udara sebagai bagian dari perubahan iklim di Kupang Nusa Tenggara Timur NTT) dalam kurun waktu 2015-2040.
Tren kenaikan suhu udara diprediksi akan terjadi baik untuk suhu udara maksimum dan minimum. Untuk proyeksi suhu udara maksimum, nilai tertinggi diproyeksikan terjadi pada 2038 sebesar 30.17 derajat Celcius atau lebih tinggi 0.37 derajat Celcius dibanding suhu maksimum pada periode 1986-2014.
"Prediksi ini dibuat oleh Tim ICCTF yang diketuai oleh Mas Bayu dengan menggunakan metode Mann Kendall Analysis,\" kata Chusnul Arif anggota Tim dari Institut Pertanian Bogor, Selasa (24/10/2017).
Sementara itu, nilai tertinggi suhu rata-rata diprediksi akan mencapai 28.2 derajat Celcius atau naik 0.4 derajat Celcius dari nilai tertinggi suhu udara rata-rata pada kurun waktu 1986-2014.
Adapun hasil proyeksi curah hujan tahunan pada periode 25 tahun mendatang juga diprediksi akan sangat fluktuatif dengan tren yang sedikit menurun. Curah hujan tertinggi diprediksi akan terjadi pada 2028 sebesar 2.332 mm/tahun, sedangkan curah hujan terendah akan terjadi pada 2037 sebesar 1148 mm/tahun. Kendati penurunan curah hujan tidak signifikan, hal ini diprediksi akan sangat berdampak pada pertanian di Nusa Tenggara Timur yang lahannya kering.
"Kenaikan suhu ini mungkin tidak besar tapi ini luar biasa pengaruhnya terhadap perubahan cuaca yang ekstrem,” tambah Arif.
Baca Juga
Untuk itu, menurut Arif, memprediksi perubahan suhu merupakan hal yang sangat penting khusunya bagi sistem pertanian, agar para petani bisa bersiap melakukan adaptasi sehingga hasil panen bisa tetap maksimal.
Untuk bisa mengadaptasi tersebut, para ilmuan ini juga tengah mengembangkan seperangkat alat monitor lahan yang diadopsi dari teknologi di Jepang. Alat ini terdiri atas tiga komponen yakni sensor, data logger atau kotak penampung data yang memiliki soket-soket yang terhubung dengan sensor dan terkahir pemancar data yang berbasisi litrik tenaga matahari.
Lima Sensor
Adapun lima sensor yang terhubung ke data logger antara lain berfungsi mendeteksi radiasi matahari, kelembaban udara, kelembaban tanah dan kandungan unsur tanah yang terkandung, curah hujan, dan kecepatan angin.
“Singkatnya, kotak data ini menampung seluruh hal yang terkait dengan unsur iklim,” kata Niko Demus Naititi, salah seorang petani yang memanfaatkan alat ini.
Saat ini, penggunaan telemetri untuk pertanian di Nusa Tenggara Timur hanya ada di dua lokasi percontohan (pilot project) yakni di Kelurahan Tarus, Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa tenggara Timur dan Desa Baumata, Kupang Tengah.
Berbagai data yang dihasilkan alat ini secara real time kemudian akan dianalisis, sehingga bisa memberi informasi kepada petani kapan waktu yang tepat untuk melakukan pemupukan, penanaman, pengairan, hingan musim panen.
Untuk saat ini, data yang dihasilkan dari lahan para petani di kirim secara langsung, dengan jaringan internet yang terpasang di kotak pemacar dan dikirim ke server yang berlokasi di Yogyakarta untuk dianalisi dan hasilnya kemudian disampaikan kepada petani atau bisa diakses secara online di situs http://data01.x-ability,jp/Field Router/vbox0170/.
Ke depannya, akan dikembangkan sebuah aplikasi berbasis android sehingga para petani bisa mengakses langsung hasil analisis lahannya untuk bisa membantu perkiraan waktu tanam, pengairan dan proses lain di waktu yang tepat baik saat ini maupun ketika terjadi perubahan iklim dan cuaca nantinya yang berpotensi menyebabkan gagal panen jika petani tidak bisa melakukanadaptasi karena kurangnya informasi.
“Kelebihan analisis ini real time, bisa langsung terbaca, [hitungan] jam bisa. Kebanyakan kita gagal panen itu karena kita kebanyakan dapat data mungkin data dua bulan lalu. Data itu juga tanda tanya, pakai alat atau pakai feeling,” tambah Niko.
Bendungan
Sementara itu, Gubernur NTT Frans Lebu Raya berharap pembangunan tujuh embung di Nusa Tenggar Timur bisa membantu ketersediaan air di Nusa Tenggara Timur yang saat ini terkenal sangat kering.
\"Membangun embung-embung diperlukan karena NTT kering, karena itu, kita dorong dana desa salah satunya untuk membangun embung menampung air hujan dan dari situ bisa digunakan utk pertanian, peternakan, bahkan juga mungkin dipakai oleh manusia,\" katanya.
Saat ini dari rencana membangun tujuh embung, tiga diantaranya sudah berjalan yakni Raknamo di Kabupaten Kupang, Rotiklot di Belu, Napungete di Sikka,dan satu lagi akan dimulai pada Desember nanti yakni Temef di Timor Tengah Selatan.
Rencananya, embung atau bendungan yang berlokasi di Timor Tengah Selatan ini akan menjadi yang terbesar dengan daya tampung mencapai 70 juta kubik air. Namun, pembangunannya masih terhambat upaya pembebasan lahan.
\"Temef paling luas karena akan menampung 70 juta kubik air kalau Raknamo cuma 14 juta kubik air. Napungete sedang dibangun itu di sana ada 14 juta kubik air,\" katanya.
Adapun tiga bendungan lainnya yang rencananya akan dibangun adalah bendungan Lambo di Nagekeo, Manikin di Kabupaten Kupang, dan Kolhua di Kota Kupang.
Sama seperti Tenef, pembangunan embung Lambo saat ini juga terhalang proses pembebasan lahan.