Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Kekurangan Pasokan Kakao

Produksi biji kakao domestik belum mampu mengimbangi permintaan industri lokal kendati Indonesia sudah termasuk produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.
Pekerja memeriksa buah kakao di Sunggal, Deli Serdang, Sumut, Selasa (8/1). /Bisnis.com
Pekerja memeriksa buah kakao di Sunggal, Deli Serdang, Sumut, Selasa (8/1). /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Produksi biji kakao domestik belum mampu mengimbangi permintaan industri lokal kendati Indonesia sudah termasuk produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan kapasitas terpasang seluruh pabrikan pengolah kakao mencapai 800.000 ton per tahun. Tapi, kapasitas terpakai industri hanya sebesar 49% dari kapasitas terpasang. “Hal itu terjadi karena industri kekurangan bahan baku meskipun produk kakao merupakan salah satu produk prioritas,” ujarnya selepas menghadiri Pameran Hari Kakao Indonesia di Jakarta, Selasa (5/9/2017).

Kekurangan pasokan bahan baku itu juga dipengaruhi oleh rendahnya tingkat produktivitas lahan kakao. Produktivitas biji kakao di dalam negeri sebesar 0,3 ton—0,4 ton per hektare setiap tahun. Sementara itu, produktivitas lahan di negara-negara produsen biji kakao rata-rata mencapai 1 ton per hektare setiap tahun.

Biji kakao merupakan bahan baku bagi industri pengolahan kakao. Sejumlah produk turunan biji kakao antara lain cocoa cakecocoa butter, cocoa liquor, dan cocoa powder. Empat jenis produk tersebut merupakan bahan baku pembuat coklat.

Pergerakan nilai ekspor produk olahan kakao rata-rata mengalami penyusutan karena kelangkaan bahan baku. Nilai ekspor cocoa cake turun 17,3% dari senilai US$187,6 juta pada 2015, menjadi senilai US$155,2 juta pada 2016. Ekspor cocoa butter turun 3,9% dari senilai US$726,3 juta pada 2015, menjadi senilai US$ 697,9 juta pada 2016. Nilai ekspor cocoa liquor turun 21,9% dari senilai US$114,7 juta pada 2015 menjadi senilai US$89,6 juta pada 2016. Kenaikan nilai ekspor hanya terjadi pada produk cocoa powder sebesar 31,8% dari semula US$124,3 juta pada 2015, menjadi senilai US$163,9 juta pada 2016.

Pasar produk olahan kakao di Indonesia potensial untuk berkembang mengingat konsumsi kakao per kapita masih cukup rendah. Sebagai gambaran, konsumsi kakao Indonesia mencapai 0,4 kilogram per kapita. Adapun konsumsi kakao pada negara-negara  lain di Asean menembus 1 kilogram per kapita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper