Bisnis.com, JAKARTA- Samuel Sekuritas Indonesia mengemukakan impor yang anjlok lebih cepat dari ekspor pada Juni 2017, tidak berarti melemahnya daya beli di dalam negeri.
“Tidak serta merta berarti anjloknya daya beli masyarakat,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (18/7/2017).
Dikemukakan setelah sempat menipis ke US$578 juta, surplus neraca perdagangan kembali melebar ke $1,6 miliar pada Juni 2017.Angka itu lebih tinggi dari konsensus.
Pertumbuhan ekspor dan impor dipastikan kembali positif di Juli 2017. Defisit neraca transaksi berjalan di kuartal II/2017 diperkirakan melebar ke 1,3% terhadap PDB, walaupun surplus perdagangan naik.
“Faktor musiman tekan pertumbuhan. Pertumbuhan tahunan ekspor dan impor yang negatif lebih diakibatkan oleh faktor musiman walaupun ada peran faktor fundamental,” kata Rangga.
Setiap tahunnya, ujar dia, fluktuasi perubahan ekspor dan impor menjadi sangat tinggi mulai dari satu bulan sebelum, hingga satu bulan setelah musim Lebaran.
“Jumlah hari kerja yang normal akan membuat pertumbuhan ekspor dan impor dipastikan kembali naik di Juli 2017, sebelum akhirnya normalisasi di Agustus 2017.
Sementara itu tambahnya, defisit transaksi berjalan diperkirakan naik ke 1,3% terhadap PDB di kuartal II/2017.