Bisnis.com, JAKARTA - Peternak sapi potong kini hanya barharap pada momen Idul Qurban agar bisa bertahan. Kondisi ini dirasakan sejak dua tahun lalu, seiring masuknya daging kerbau beku asal India yang dijual murah.
Pelaku usaha penggemukan sapi potong, Ferry Kusmawan, menyampaikan usaha peternakan sapi potong sudah tidak lagi menjanjikan sejak masuknya daging impor murah ke pasar tradisional dan luar Jabodetabek. Peternak rakyat kehilangan pasar yang 50%nya kini diisi daging impor murah.
Ferry mengatakan harga jual sapi potong sebesar Rp45.000 per kg berat hidup untuk mencapai BEP. Namun, peternak hanya mampu menjual sebesar Rp40.000 per kg berat hidup karena tekanan harga daging beku yang dijual sebesar Rp80.000 per kg.
"Kenapa peternak sapi rakyat masih bisa bertahan? Karena masih mengandalkan momen Idul Qurban. Saat Idul Adha bisa dijual Rp50.000 per kg berat hidup," tuturnya di Jakarta, Senin (5/6).
Pengurus Pusat Perhimpunan Ilmuan Sosial Ekonomi Peternakan Indonesia Rochadi Tawaf berpendapat, kondisi ini terjadi sejak dua tahun lalu, seiring masuknya daging kerbau beku asal India.
Upaya pemerintah melakukan intervensi daging beku tidak diiringi dengan kesiapan infrastruktur cold chain yang memadai. Akibatnya, ini membuka peluang bagi pedagang nakal menjual daging beku sebagai daging segar.
Dari harga daging impor yang hanya sekitar Rp50.000 - Rp60.000 per kg, para pengecer daging mampu menjual dengan harga sekitar Rp100.000 per kg. Namun, keuntungan ini hanya dinikmati para pedagang.
Sebaliknya, peternak rakyat sebagai produsen daging segar mengalami kerugian karena harganya tertekan oleh komoditi daging impor di pasar. "Hajatan peternak rakyat sudah bergeser ke Idul Qurban. Karena mereka tidak bisa lagi mengandalkan penjualan untuk konsumsi sehari-hari dan momen puasa serta lebaran," imbuhnya pada kesempatan yang sama.