Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah menetapkan harga patokan ekspor (HPE) biji kakao pada Juni turun 7,82%, menyusul melemahnya harga internasional.
Kementerian Perdagangan mencatat harga referensi biji kakao pada Juni 2017 menurun sebesar US$ 142,96 atau 6,96% atau dari US$2.054,43 per metrik ton menjadi US$1.911,47 per metrik ton.
Hal ini berdampak pada penetapan HPE biji kakao yang juga menurun US$139 atau 7,82% dari US$1.778/MT pada periode bulan sebelumnya menjadi US$1.639 per metrik ton pada Juni 2017.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan mengatakan penurunan harga referensi dan HPE biji kakao disebabkan menurunnya harga internasional. Penurunan ini menyebabkan bea keluar biji kakao turun dari 5% menjadi 0%.
Sementara itu Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Sindra Wijaya menilai turunnya HPE akibat hasil panen kakao Pantai Gading yang meningkat pesat.
“Pemerintah Indonesia perlu segera membantu para petani untuk meningkatkan produktivitas agar pada saat harga turun penghasilan mereka tetap stabil,” jelasnya.
Sementara itu, harga kakao di pasar internasional mulai membaik, dan terkerek, dan setidaknya kembali ke atas US$2.000 per metrik ton (MT).
Sebelumnya, kakao setelah menyentuh level terendah sejak Desember 2016, yaitu di angka US$1.790/MT pada 3 Mei 2017.
Dalam satu tahun terakhir atau sejak Juni 2016 hingga saat ini, harga kakao tertinggi di angka US$2.354/MT.
Sementara itu, kakao Indonsia bersama dengan hasil dari Pantai Gading dan Ghana, Afrika menjadi pasokan dengan kualitas terbaik dunia. Tentunya hasil produksi kakao Indonesia menjadi incaran pasar internasional.