Bisnis.com, JAKARTA - Inflasi zona Euro mereda pada Maret 2017 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, namun masih lebih tinggi dari perkiraan analis.
Berdasarkan data kantor statistik Uni Eropa (Eurostat) yang dirilis Rabu, (19/4/2017) inflasi bulan Maret di 19 negara zona euro melambat menjadi 1,5% (year-on-year) dari level tertinggi empat tahun sebesar 2,0% pada Februari.
Sementara itu, inflasi inti, yang tidak termasuk harga barang energi dan makanan yang belum diproses, direvisi naik menjadi 0,8% (yoy) pada bulan Maret dari perkiraan sebelumnya 0,7%.
Angka ini masih lebih rendah inflasi inti bulan Februari yang mencapai 0,9% yoy.
Secara bulanan (month-on-month), inflasi Maret menyentuh level 0,8%, sejalan dengan ekspektasi pasar. Adapun inflasi inti Maret mencapai 1,2% (mom), di bawah perkiraan rata-rata dalam jajak pendapat Reuters yang mencapai 1,3%.
Data revisi inflasi inti dapat sedikit memperkuat probabilitas pengurangan stimulus moneter bank sentral Eropa (ECB), meskipun inflasi masih di bawah target bank sentral.
Baca Juga
ECB telah memangkas suku bunga ke wilayah negatif dan mengadopsi program pembelian obligasi senilai 2,3 triliun euro (US$2,46 triliun) untuk melawan ancaman deflasi dan menghidupkan kembali pertumbuhan zona euro.
Secara keseluruhan inflasi lebih rendah terutama karena harga energi naik hanya 7,4%(yoy) dari 9,3% pada Februari. Pada perkiraan sebelumnya, Eurostat mengatakan harga energi naik 7,3% pada Maret.
Kantor statistik mengonfirmasi harga makanan, alkohol dan tembakau naik sebesar 1,8% pada Maret, lebih rendah dari 2,5% yang tercatat pada bulan sebelumnya.
Sementara itu, inflasi di sektor jasa mencapai 1,0% pada Maret, dari 1,3% pada Februari.