Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah diminta memonitor ketersediaan beras di tingkat pengecer seiring datangnya musim hujan yang melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor Muhammad Firdaus mengatakan stok beras untuk kalangan konsumen harus lebih diwaspadai dari kemungkinan kendala distribusi akibat gangguan hujan.
"Masyarakat sebagian besar tidak berhubungan langsung dengan grosir beras, karena mereka lebih sering membeli di tingkat pengecer. Jadi pemerintah harus pastikan data stok yang ada," ujarnya pada Bisnis, Selasa (21/2).
Menurutnya, hujan yang mengguyur beberapa daerah terutama di Jakarta dan wilayah penyangga tidak akan terlalu mengganggu ketersediaan pangan seiring pemerintah daerah setempat memiliki stok dari hasil panen akhir tahun 2016.
Namun, kata dia, upaya memonitor di tingkat pengecer baik di warung ataupun di pasar dan pasar moderen harus lebih ditingkatkan dengan memastikan keluar-masuk beras setiap harinya berjalan lancar.
"Kalau masalah hujan saat ini sebetulnya tak akan berdampak signifikan terhadap produksi beras, kecuali jika tahun ini terjadi lanina, baru pemerintah harus benar-benar waspada," paparnya.
Sementara itu, PT Food Station Tjipinang Jaya, salah satu badan usaha milik daerah (BUMD) DKI Jakarta yang bergerak di bidang pangan memastikan stok beras sepanjang Februari tahun ini aman.
Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Arif Prasetyo mengatakan intensitas hujan yang mengguyur Jakarta hampir setiap harinya tidak menganggu stok beras. "Saat ini stok beras yang ada di tak terganggu, termasuk keluar masuk beras yang diterima," ujarnya.
Dia mengatakan hingga Februari ini pihaknya mencatat terdapat sekitar 33.000 ton beras yang bisa dikonsumsi masyarakat hingga 15 hari ke depan.
Menurutnya, selain stok yang diklaim mencukupi, pihaknya juga telah membeli sekitar 3.400 ton beras kepada Bulog guna mencukupi ketersediaan bulan ini.
Arif menambahkan, tahun ini pihaknya menganggarkan Rp300 miliar dari penyertaan modal pemerintah untuk membeli gabah dan beras di beberapa sentra produksi di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
"Beras yang masuk setiap harinya hampir 3.500 ton. Kami harap anggaran Rp300 miliar bisa mencukupi untuk pembelian beras bagi warga Jakarta dan sekitarnya hingga akhir tahun," ujarnya.
Pada kesempatan terpisah, persediaan beras di Bulog Divre Jawa Barat awal tahun ini mencapai 300.000 ton yang diharapkan mampu mencukupi kebutuhan masyarakat hingga delapan bulan ke depan.
Wakil Kepala Bulog Divre Jabar, Suharto menjelaskan, beras yang ada di Jabar termasuk surplus karena idealnya ketahanan pangan di wilayahnya maksimal mencapai lima bulan mengacu pada kapasitas dan daya tampung gudang yang dimiliki Bulog.
"Melimpahnya persediaan beras yang ada di gudang karena kami sukses dalam melakukan penyerapan. Agar beras yang ada bisa tertampung di gudang, maka kami akan memasok beras ke provinsi lain sebanyak 85.000 ton," katanya.
Suharto menjelaskan, beras yang diolah petani Jabar itu akan dikirim ke sejumlah provinsi antara lain Sumatera dan Kalimantan seperti tahun sebelumnya yang mencapai 80.000 ton. Tidak menutup kemungkinan beras yang dikirim tahun ini akan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Dia menjelaskan penyerapan beras yang dilakukan Bulog Jabar sepanjang 2016 mencapai 609.000 ton, melampaui prognosa sebanyak 540.000 ton.
Adapun, pada tahun ini, pihaknya menargetkan penyerapan gabah dan beras sebanyak 560.000 ton. Sementara untuk beras komersial ditargetkan mampu menyerap sebanyak 50.000 ton.
"Penyerapan beras masih terus dilakukan dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Maret 2017 karena sudah memasuki musim panen rendeng," ucapnya.
Disinggung mengenai penyaluran beras keluarga sejahtera (rastra), dia mengungkapkan, telah mendistribusikan 440.000 ton sepanjang tahun lalu. Untuk 2017, diperkirakan akan mengalami penurunan karena ada pengurangan jumlah penerima rastra di sembilan daerah.
Menurutnya, tahun lalu Jabar mendapatkan pagu penyaluran raskin sebanyak 40.000 ton/bulan yang setiap rumah tangga sasaran (RTS) mendapatkan alokasi sebanyak 15 kilogram/bulan.
"Total penyaluran rastra pada 2016 mencapai 440.000 ton dan sudah 100% disalurkan," paparnya.