Bisnis.com, NUSA DUA – Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sepanjang tahun depan diprediksi belum akan menunjukkan pemulihan. Meski di awal tahun diprediksi meningkat tipis, di semester II/2017, harga diprediksi turun signifikan karena negara-negara produsen akan melangsungkan panen.
Selain itu, negara-negara produsen minyak dunia (OPEC) diprediksi belum bersedia memangkas produksi minyak, sehingga memengaruhi harga komoitas energi lainnya. Untuk itu, pemerintah Indonesia diminta mengantisipasi penurunan harga di semester kedua 2017 dengan meningkatkan penyerapan CPO untuk biodiesel.
Kesimpulan tersebut merupakan konsesi para pakar yang menghadiri Indonesia Palm Oil Conferences (IPOC) 2017 pada 24-25 November di Nusa Dua, Bali. Direktur Eksekutif Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan menyebut harga CPO di tahun depan rata-rata berada di level USS680 per ton.
“Di 2017 saya perkirakan itu USS680 per ton, itu rata-ratanya naik dari tahun ini. Faktornya harga crude oil kan meningkat karena kit ikuti harga itu. Semester pertama mungkin stabil, kemudian semester kedua turun karena masuk harvest season,” kata Fadhil di Nusa Dua, Jumat (25/11).
Fadil menjelaskan perbaikan harga CPO akan ditopang oleh program biodiesel B20 yang akan menyerap produksi CPO lebih banyk untuk pasar dalam negeri. dia memprediksi saat panen berlangsung di semester II/2017, harga CPO dapat menyentuh USS600 per ton.
Selain itu, produksi CPO pada tahun depan pun diprediksi akan kembali pulih setelah sempat anjlok sekitar 15%-20% tahun ini. Indonesia merupakan produsen terbesar CPO dunia sehingga stok nasional juga akan memengaruhi situasi harga global.
“El nino tahun lalu memukul produksi sawit. Dampak el nino pada tahun ini lebih parah dari yang terjadi di 1997. Di 2016, produksi turun 2,903,3 juta ton. Di 2017, kami prediksi produksi akan di level normal yaitu 32-33 juta ton,” terang Fadhil.
Data yang dihimpun Gapki menunjukkan harga CPO sempat menyentah ke level terendahnya dalam 12 tahun terakhir ke level USS526 per ton pada 2015 lalu. Selama 2016, harga CPO berkisar USS557-USS768 per ton.
Fadil mengakui ketidakpastian harga masih akan membayani industri sawit nasional. Untuk itu, program biodiesel diharapkan dapat berjalan lancar. Dia menyebut program B20 sudah cukup berhasil untuk menstabilkan harga dan mengerek harga CPO di pasar internasional.
Tanpa program B20, para pakar memprediksi harga CPO global diprediksi dapat tergelincir hingga USS400 per ton.
Market Analyst of Oil World, Siegfried Falk mengatakan harga CPO di semester pertama tahun depan bahkan berpotensi menyentuh USS800. Pasalnya, di awla thaun, pemulihan produksi di Indonesia dan Malaysia cenderung lambat.
“Selain itu, awal tahun depan, stok di Indonesia dan Malaysia telah amat tertekan [karena penurunan produksi selama 2016]. Pada periode tersebut, faktor ini yang akan menentukan harga di pasar,” jelas Falk.