Bisnis.com, JAKARTA - Krisis moneter (krismon) Asia 1998 yang berdampak pada Indonesia masih menjadi kenangan setiap orang yang hidup pada era itu.
Pada 1998, nilai tukar rupiah terhadap dolar mencapai Rp15.000 per dolar AS dengan laju inflasi hingga 60%. Selain itu, banyak masyarakat yang kehilangan kepercayaan untuk menyimpan dana di bank, sehingga bunga deposito yang diberikan pun mencapai 60%.
Kenangan itu kembali dibuka oleh Staf Khusus Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin saat memulai Diskusi Mewujudkan Ketahanan Finansial di Indonesia. Dia mengungkapkan pemimpin saat ini harus belajar dari masa Soeharto.
Soeharto adalah Jenderal Besar TNI (Purn). Budi menambahkan secara fisik, Presiden RI ke-2 ini tidak ada yang 'menyentuh', akan tetapi kejatuhannya saat krisis moneter 1998.
Lemahnya ketahanan finansial di masa Soeharto, katanya, harus menjadi pelajaran bagi masa kini. Direktur Utama Bank Mandiri periode Mei 2011-Maret 2016 itu mengutarakan bahwa kedaulatan negara sangat erat kaitannya dengan sistem keuangan.
Selain belajar dari Soeharto, maka perlu juga belajar dari sengketa Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dan Malaysia. Sipadan dan Ligitan lepas dari genggaman Indonesia karena sistem pembayaran dari Indonesia cukup lemah. Malang, lebih banyak ditemukan ringgit daripada rupiah di pulau sengketa itu.
Ketahanan finansial yang kokoh menjadi cerminan kedaulatan negara. Dia pun kembali mencontohkan Pulau Batam yang cukup banyak menggunakan dolar Singapura dalam sistem pembayaran. Menurutnya, hal itu perlu menjadi perhatian pengawas sistem pembayaran.
Ketahanan Finansial, Belajar dari Soeharto serta Sipadan & Ligitan
Krisis moneter (krismon) Asia 1998 yang berdampak pada Indonesia masih menjadi kenangan setiap orang yang hidup pada era itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Novita Sari Simamora
Editor : M. Syahran W. Lubis
Topik
Konten Premium