Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Sikap Investor Energi asal AS Tanggapi Reformasi Jokowi

Tepat dua tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla berjalan, para investor asal Amerika Serikat yang diketahui telah menanamkan modal hingga triliunan rupiah di tanah air, tampak menyambangi Kompleks Istana Kepresidenan.
Lokasi penambangan Grassberg di Papua yang digarap PT Freeport Indonesia/Ilustrasi-Reuters
Lokasi penambangan Grassberg di Papua yang digarap PT Freeport Indonesia/Ilustrasi-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Tepat dua tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla berjalan, para investor asal Amerika Serikat yang diketahui telah menanamkan modal hingga triliunan rupiah di Tanah Air, tampak menyambangi Kompleks Istana Kepresidenan.

Berdasarkan pengamatan, tampak perwakilan dari ConocoPhilips.co, ExxonMobil corp, dan General Electric keluar dari tempat pertemuan. Perusahaan skala besar sektor energi tampak mendominasi pertemuan yang difasilitasi oleh US-ASEAN Business Council tersebut.

Pertemuan yang tidak masuk dalam agenda resmi Presiden itu berlangsung sekitar satu setengah jam. Adapun pertemuan tersebut dilakukan kurang dari tiga bulan dari tenggat waktu relaksasi ekspor konsentrat melalui Permen ESDM No.1/2014, dan di tengah upaya reformasi industri minyak dan gas bumi nasional.

Brian McFeeters, Wakil Duta Besar Amerika Serikat Untuk Indonesia, menyatakan dalam kesempatan tersebut, pihaknya lebih membicarakan peluang meningkatkan kegiatan ekonomi antar kedua negara, termasuk potensi peningkatan investasi.

“Dan kami sangat terhormat dapat berdiskusi dengan Presiden Jokowi tepat pada dua tahun pemerintahan. Kami bicara secara umum tentang potensi yang dapat dilakukan para perusahaan di sini, apa yang bisa kita lakukan lebih lanjut,” katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (20/10/2016).

Amerika Serikat terkenal sebagai investor yang telah puluhan tahun berinvestasi di Indonesia, khususnya untuk sektor migas dan pertambangan. Selain ketiga perusahaan itu, perwakilan Freeport McMoran Inc. juga hadir.

Asal tahu saja, PT Freeport Indonesia, anak usaha Freeport McMoran Inc., akan habis masa relaksasi ekspor konsentrat tembaga pada 12 Januari 2017. Tanpa adanya tambahan durasi relaksasi, maka konsentrat tembaga akan dilarang untuk ekspor.

Alexander C. Feldman, President US-ASEAN Business Council menyatakan bahwa dalam diskusi tersebut tidak spesifik membahas satu persatu bisnis perusahaan, misalnya tentang kelanjutan investasi Freeport, melainkan membicarakan tentang potensi industri secara keseluruhan.

“Dan kita bicara tentang bagaimana kita bisa membantu Presiden melanjutkan upaya reformasi [deregulasi aturan yang menghambat] yang saat ini dilakukan, tapi juga upaya Indonesia untuk mendorong ekonomi,” jelasnya.

Tidak hanya sektor energi, dia mengatakan perusahaan teknologi AS tengah mengkaji pembentukan inkubator bisnis di Indonesia. Dengan rencana itu, Alex menyebut sektor UMKM nantinya bisa memanfaatkan teknologi dari Amerika.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, Amerika Serikat saat ini menjadi investor terbesar ketujuh pada triwulan II/2016 dengan nilai investasi US$347,35 juta dengan total proyek mencapai 196 proyek.

AS termasuk 10 negara prioritas yang ditetapkan pemerintah untuk pemasaran investasi, bersama Australia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, RRT, Timur Tengah, Malaysia dan Inggris. Dengan penetapan prioritas itu, ditargetkan capaian realisasi investasi tahun ini tumbuh 14,4% menjadi Rp594,8 triliun.

Kepala BKPM Thomas Lembong menyebut bahwa AS merupakan investor yang penting di Indonesia, bukan hanya berdasarkan nilai investasi saja , namun berdasarkan kecanggihan teknologi yang tak perlu diragukan. Sejauh ini, Negeri Paman Sam telah melahirkan perusahaan teknologi macam Facebook, Google, Twitter Disney, Warner Bros.

Para perusahaan tersebut, lanjut Thomas, mengharapkan agar reformasi ekonomi dan efisiensi infrastruktur oleh pemerintah terus dilakukan. Bila reformasi berjalan terus menerus, Amerika Serikat menjanjikan peningkatan investasi yang signifikan.

“Mereka terus melihat potensi yang luar biasa, tapi memang perlu penyederhanaan izin, percepatan pelayanan, terutama di daerah. Tapi saat ini mereka tertarik,” jelasnya.

Sayangnya, Thomas enggan merinci adakah komitmen, atau janji investasi tahun depan yang terjaring dalam pertemuan tersebut untuk pembangunan sektor migas, listrik maupun tambang dalam negeri.

“Belum lah ini baru permulaan dari diskusi untuk 2017. Mereka menyodorkan wacana kalau reformasi berjalan terus menerus seperti ini mungkin bisa terlihat peningkatan investasi yg signifikan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Irene Agustine

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper