Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi di Blok Masela Masih Bisa Alami Penyesuaian. Ini Penyebabnya

Investasi Blok Masela masih bisa mengalami penyesuaian jika bertolak terhadap beberapa penyebab. Berikut penyebab yang berkontribusi terhadap penurunan investasi Blok Masela.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Investasi Blok Masela masih bisa mengalami penyesuaian jika bertolak terhadap beberapa penyebab. Berikut penyebab yang berkontribusi terhadap penurunan investasi Blok Masela.

Deputi bidang Pengendalian Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Muliawan Haji mengatakan hingga saat ini pihaknya masih dalam tahap pembahasan terkait pengembangan kilang darat gas alam cair (onshore liquefied natural gas/OLNG) dari Lapangan Abadi. Kendati demikian, dia menyebut kemungkinan penurunan investasi masih bisa terjadi.

Adapun, dia menyebut beberapa penyebab seperti penggunaan teknologi. Menurutnya, pemilihan teknologi yang tercantum dalam rencana pengembangan (plan of development/PoD) yang diajukan pada 2013 tentunya berbeda dengan yang akan diajukan pada revisi PoD 1. Dengan begitu, teknologi pun akan menjadi kunci bagaimana kegiatan berjalan efisien.

"Faktornya, kan teknologi juga sudah berubah juga," ujarnya usai menghadiri acara Bright&Green Towards Fisheries Sustainability di Jakarta, Senin (22/8/2016).

Selain itu, dia menyebut kondisi harga yang ditawarkan jasa penunjang pun berkontribusi pada investasi yang harus digelontorkan. Dia menilai dengan menurunnya harga minyak, harga-harga yang ditawarkan jasa penunjang bisa lebih rendah. Di sisi lain, asumsi harga minyak US$80 per barel dalam revisi pertama PoD 1 yang mengacu pada harga di tahun 2013. Sementara, saat ini harga minyak berada di kisaran US$40 per barel.

"Nanti kan harga-harga juga cenderung berubah, karena saat ini kelihatannya saat ini jasa penunjang ini oversupply," katanya.

Adapun, dengan pengubahan skema pembangunan kilang, Muliawan menyebut lokasi yang nantinya dipilih pun akan berkontribusi terhadap penyesuaian investasi. Hal ini, katanya, akan terkait dengan fasilitas-fasilitas penunjang yang akan mengambil ruang investasi seperti pipa yang dibutuhkan.

Berdasarkan data SKK Migas, belanja modal yang dibutuhkan untuk pembangunan kilang darat di Tanimbar membutuhkan US$19,3 miliar, di Babar US$20,9 miliar dan di Aru US$22,3 miliar. Sementara, investasi yang lebih kecil justru pada skema kilang terapung gas alam cair (floating liquefied natural gas/FLNG) yaitu US$14,8 miliar.

"[Pemilihan lokasi] sangat [berpengaruh] karena mempengaruhi panjang pipa dan macam-macam sama fasilitas yang ada."

Terlepas dari itu, pada setiap tahapan kajian akan memberikan gambaran yang semakin akurat berapa investasi yang dibutuhkan pada blok tersebut. Pada tahapan setelah pengajuan PoD, menurutnya, nilai investasi akan semakin dekat dengan kondisi terkini mulai dari pre-Front End Engineering Design (FEED), FEED hingga penyampaian keputusan akhir investasi (final investment decision/FID) yang mencerminkan harga jasa penunjang migas yang akan diteken kontraknya. Oleh karena itu, kajian masih dilakukan bersama.

"Tim Inpex, SKK Migas, dan ESDM lagi review lagi biaya-biaya yang harus diinvestasikan. Mudah-mudahan bisa turun," ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper