Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengajak Tajikistan untuk menanamkan modalnya di Tanah Air mengingat belum adanya investasi di sektor industri antar kedua negara.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan kedatangan Presiden Tajikistan Emomali menjadi kesempatan untuk menawarkan kerja sama.
“Selama ini kedua negara belum ada kerja sama investasi di sektor industri. Untuk itu, kedatangan Presiden Emomali ini menjadi kesempatan emas untuk menawarkan kerja sama industri yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian kedua negara,” ujarnya usai mendampingi Presiden Joko Widodo melakukan Bilateral Meeting dengan Presiden Emomali di Istana Merdeka, Senin (1/8/2016).
Airlangga menyampaikan pada 2003 kedua negara telah memiliki kesepakatan dalam bentuk MoU dan perjanjian yang mencakup pembentukan joint commission, persetujuan perdagangan, serta kerja sama ekonomi dan teknik.
Adapun beberapa usulan yang disampaikan Airlangga antara lain untuk mengaktifkan Joint Commission for Bilateral Cooperation sebagai sarana untuk mendiskusikan lebih lanjut kemungkinan kerja sama di bidang industri yang lebih erat di antara kedua negara.
Dia turut mengusulkan pelaksanaan trade mission guna penguatan kerja sama antara bisnis kedua negara dengan konsep business to business (B2B).
Pada 2015, ekspor Indonesia ke Tajikistan hanya sebesar US$67.400, sementara impor US$2.400. Ekspor Indonesia ke negara tersebut berupa serat sintetis, produk sabun-sabunan, dan furniture, sementara impor Indonesia hanya kulit mentah.
Ekspor utama Tajikistan berupa alumunium, bijih mineral, logam mulia, dan kapas. Negara tujuan utama ekspornya adalah Turki, Kazakstan, dan Swiss.
Namun, menurut Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian Harjanto menjelaskan bahwa masalah transportasi menjadi hambatan utama perdagangan Indonesia-Tajikistan.
Pasalnya, Tajikistan tidak memiliki pelabuhan laut karena merupakan Negara yang tidak memiliki laut atau landlocked.
Untuk mengirim barangnya, Tajikistan harus memasuki Pelabuhan Bandar Abbas di Iran, yang kemudian diangkut menggunakan truk atau kereta api dengan masa perjalanan mencapai satu bulan.
“Adanya embargo ekonomi kepada Iran juga semakin mempersulit akses pasar ke Tajikistan,” ujarnya.
Namun, lanjutnya, dengan telah dibukanya jalur darat yang menghubungkan Tajikistan dengan China dapat menjadi alternatif transportasi dari Tajikistan ke berbagai negara termasuk ke Indonesia.
Adanya akses tersebut menjadikan Tajikistan menjadi hub untuk jalur transportasi yang menghubungkan China dengan Afghanistan.