Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta Widiyanto meminta pengelola Terminal Kalibaru alias New Priok Container Terminal 1 (NPCT1) dapat mendatangkan throughput atau kargo yang baru, bukan memakan kargo yang sama dari terminal kontainer internasional lainnya di Tanjung Priok, seperti JICT, Koja, MAL dan Terminal 3.
“Kita harapkan itu New Port ini bisa membawa pasar. Order sendiri dan kapal datangnya sendiri tidak memindahkan dari JICT dan Koja. Kasihan JICT dan Koja. Walaupun untuk Pelindo II tidak jadi soal karena masuk kantong yang sama,” tegasnya kepada Bisnis, Jumat (27/5/2016).
Menurutnya, yang ditakutkan bukan sepi volume barang di terminal lain, tetapi efek akhirnya. Menurut ALFI DKI Jakarta, imbas sepi volume akan membuat terminal tidak mampu membayar tenaga kerja sehingga menimbulkan PHK.
Ketika berebut pasar yang sama, dia memperkirakan terminal akan melakukan banting harga sehingga pelayaran atau freight forwarder akan memilih terminal mana yang lebih murah dan memberikan fee yang besar. Oleh sebab itu, dia berharap jangan sampai ada persaingan yang tidak sehat.
Dewan Pemakai Jasa Angkutan Indonesia (Depalindo) menghimbau Pelabuhan Tanjung Priok harus memulai mengatur ulang tata kelola pelabuhan.
Toto Dirgantoro, Ketua Depalindo, mengingatkan Pelabuhan Tanjung Priok memiliki beberapa terminal peti kemas yang menangani ekspor-impor jangan sampai terjadi perang tarif dengan diskon kepada perusahaan pelayaran, sementara pemilik barang atau pengguna jasa tidak menerima keuntungan yang sama.
“Tata yang betul sehingga tidak akan merugikan pelaku usaha dan BUMN itu sendiri,” tegasnya.
Menjawab masalah perang tarif, Saptono mengungkapkan fenomena persaingan pasti akan ada. Namun, dia menyakinkan kompetisi ini bukan hanya perang tarif, melainkan kompetisi terkait tingkatan pelayanan (level of service) dan kecepatan. Dengan adanya kompetisi ini, dia justru melihat pengguna jasa yang akan diuntungkan.
“Pengguna jasa di sini harus share dengan pemilik barang. Harusnya tarif logistik ya turun. Pengguna jasa yakni pelayaran dan pemilik barang harus diuntungkan semuanya,” tegasnya.
Kepala Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok Bay M. Hasani memperkirakan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok dengan adanya Terminal Kalibaru maka cukup untuk menampung throughput hingga lima tahun ke depan.
Syaratnya, lanjut Kepala Otoritas, pertumbuhan throughput per tahunnya harus mencapai 5%-10% atau 750.000 TEUs-1,5 juta TEUs dari volume ekspor-impor Pelabuhan Tanjung Priok yang rata-rata sebesar 3 juta TEUs per tahunnya.
Saat pertumbuhan mencapai 10% atau sekitar 1,5 juta TEUs, maka Pelindo II harus mulai memikirkan untuk mengoperasikan Terminal Kontainer 2 dan 3 yakni sekitar 2023 karena kapasitas NPCT1 mentok di kisaran 1,5 juta TEUs dengan luas 36 Ha.
“Kalau kenaikan 10%, maka 1,5 juta TEUs pas dengan ini [kapasitas NPCT1]. Maka lima tahun ke depan harus sudah selesai membangun. Jangan sampai sudah kongesti baru sibuk bangun,” ujarnya.
Dalam pidatonya, dia juga menilai NPCT1 akan lebih banyak menguntungkan pelayaran, freight forwarder, operatur truk dan pemerintah. Sementara itu, Pelindo II belum dapat menuai banyak keuntungan dari NPCT1.
“Dari sisi bisnis, Pelindo II masih belum bisa tersenyum. Tapi kita pemerintah sangat diuntungkan dari sisi kelancaran karena banyak pilihan terminal.”
Walhasil, dia memperkirakan antrean keluar masuk barang ke pelabuhan yang tadinya mencapai 3-4 jam dapat berkurang hingga 1 jam atau 30 menit.
Selain menghilangkan kongesti, dia yakin dwelling time atau waktu inap barang di Tanjung Priok dapat berkurang karena kemampuan bongkar muat barang di NPCT1 mencapai 30 boks per jam, bersaing dengan JICT dan Koja yang hanya 28 boks per jam. Tidak hanya itu, sistem dan alat-alat suprastruktur yang baru akan turut menunjang kelancaran arus barang.
PT New Priok Container Terminal One (NPCT1), operator Kontainer Terminal-1 Kalibaru yang dibangun dengan investasi infrastruktur senilai Rp12 triliun, mengklaim sukses dalam menuntaskan uji coba operasi ekspor-impor pada Jumat, (27/5/2016).
Cucu usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) ini mendatangkan Kapal Sinar Sumba Voy 400 milik Samudera Indonesia Shipping Line Ltd berukuran 18.000 gross ton dan berkapasitas 1.740 kontainer 20 feet atau 840 kontainer 40 feet.
Pada uji coba pelayaran internasional ini, NPCT1 membongkar 583 TEUs (Twenty-foot Equivalent Units) atau 398 boks (impor) dan memuat 688 TEUs atau 419 boks (ekspor). Di dalamnya termasuk penanganan 33 reefer container (kontainer dingin).