Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PLTU PAITON: Operasi Mesin Pendingin Diganggu Ubur-Ubur

PT PLN (Persero) mengerahkan sebanyak 90 petugas untuk membersihkan ribuan ubur-ubur yang mengganggu operasi mesin pendingin Pembangkit Listrik Tenaga Uap Pation 9 di Probolinggo, Jawa Timur.
PLTU Paiton./Antara
PLTU Paiton./Antara

Bisnis.com, JAKARTA -  PT PLN (Persero) mengerahkan sebanyak 90 petugas untuk membersihkan ribuan ubur-ubur yang mengganggu operasi mesin pendingin Pembangkit Listrik Tenaga Uap Paiton 9 di Probolinggo, Jawa Timur.

Manajer Senior Humas PLN Agung Murdifi di Jakarta, Sabtu (30/4/2016), mengatakan pihaknya mempercepat pembersihan binatang laut itu dari mesin pendingin pembangkit dengan mengerahkan personel dalam jumlah cukup banyak.

"Pascamasuknya ribuan ubur-ubur ke dalam sistem air pendingin utama mesin pembangkit, hingga kini pembersihan dan perbaikan terus dilakukan anak perusahaan PLN, PT PJB PLTU Paiton 9," katanya.

Menurut dia, pihaknya membersihkan ubur-ubur di sepanjang laluan sistem air pendingin utama dan menambah jaring (jellyfish net) yang permanen di sekitar masukan (intake) kanal.

Namun, lanjutnya, banyaknya jumlah ubur-ubur dengan tekstur yang lembut dan halus membuat pembersihannya memerlukan waktu.

General Manajer PLTU Paiton 9 Arief Teguh Sutrisno menambahkan, sejak 2012, PLTU Paiton 9 mengantisipasi serangan ubur-ubur, yang terjadi setiap Mei, namun kali ini, kedatangan ubur-ubur jumlahnya jauh lebih banyak.

"Kami sebenarnya telah memasang jaring-jaring permanen untuk menghadang ubur-ubur masuk ke dalam laluan sistem air pendingin utama. Namun, tahun ini sepertinya terjadi fenomena baru yang kemungkinan terkait dimulainya musim dingin di Australia dan pergantian musim di Jawa Timur. Untuk selanjutnya, kami akan mempelajari lebih lanjut fenomena ini," katanya.

Ia juga mengatakan, kedatangan ubur-ubur dalam jumlah banyak dan tempo mendadak baru pertama kali dialami PLTU Paiton 9.

Selain Unit 9, serangan ubur ubur juga mengganggu mesin pendingin PLTU Paiton Unit 6.

Sementara itu, Kepala Subbidang Informasi Meteorologi BMKG Haritirto Djatmiko mengungkapkan, masa transisi musim kemarau ke hujan kali ini bersifat basah, yang akan mempengaruhi perilaku ekosistem laut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper