Bisnis.com, JAKARTA--Pro-kontra pilihan laut atau darat untuk LNG Masela yang sempat mengemuka berakhir dengan keputusan Presiden yang menyatakan untuk membangunnya di darat.
Pasca keputusan ini, maka sudah menjadi hal yang mutlak bagi semua pihak untuk dapat melaksanakannya dengan baik.
“Semua pihak mesti saling dukung untuk dapat merealisasikan proyek ratusan triliun ini agar bermanfaat besar bagi seluruh rakyat Indonesia” ujar Prof. Dr. Mukhtasor, Wakil Ketua Umum Ikatan Alumni (IKA) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui rilisnya, Sabtu (26/3/2016)
Dia menekankan sudah sepatutnya pertimbangan utama dalam setiap kebijakan itu adalah national interest.
Ketahanan nasional di bidang sosial, ekonomi, politik, serta pertimbangan finansial dan investasi adalah hal-hal yang penting sehingga menjadi hal utama untuk menempatkan pilihan teknologi, baik untuk sistem di darat ataupun laut, sebagai pendukung tujuan nasional yang lebih besar.
Mukhtasor yang juga Guru Besar Teknik Kelautan ITS menambahkan perlunya mitigasi lanjutan agar dapat meminimalkan risiko dalam pelaksanaan proyek di Blok Masela.
“Pemerintah dan investor harus memberi perhatian utama pada mitigasi bencana kelautan dalam tindak lanjut pembangunan LNG sistem perpipaan ke darat.” Kata Mukhtasor.
Selain mempertimbangkan faktor ekonomis dan dampak proyek ini bagi masyarakat sekitar, terdapat beberapa hal yang patut menjadi perhatian khususnya mengenai fenomena alam dan riwayat oseanografi dasar laut.
Catatan mengenai gempa, kondisi dinamika lingkungan laut, keadaan sedimen dasar laut dan kondisi bathymetri atau tophografi dasar laut merupakan faktor yang penting dalam hal keselamatan operasi sistem perpipaan.
“Jarak angkut gas dengan pipa 90 km itu cukup panjang. Beroperasi di lingkungan palung yang dalam, di Blok Masela dapat mencapai order seribu meter lebih. Kalau bertemu daerah batimetri dasar laut yang curam dapat mempengaruhi kesetabilan pipa.""
Sementara arus yang cukup kekuatannya dapat menyebabkan scouring (gerusan) yang dapat berakibat pada tergerusnya dudukan pipa, lama-lama pipa akan terbentang dan bergetar lalu menurunkan kekuatannya. Ini akan berbeda jika pipa ada di daratan, kondisi tanah lebih stabil.
"Catatan gempa yang lebih dari 2000 kali sejak tahun 1900 itu juga perlu menjadi perhatian," katanya.