Bisnis.com, JAKARTA – Investor asal China akan mengucurkan sedikitnya Rp2,4 triliun dalam dua tahun pertama proses pembangunan pabrik gula di Aceh Tengah. Jika telah berdiri, pabrik tersebut merupakan pabrik gula pertama yang beroperasi di Aceh.
Syukur Iwantoro, Ketua Upaya Khusus (Upsus) Percepatan Investasi Kementerian Pertanian, mengatakan pabrik gula yang akan didirikan di Aceh merupakan investasi asal China dengan membentuk perusahaan joint venture dengan salah satu perusahaan dalam negeri.
“Ada kebun tebu yang sudah existing sebesar 12.000 hektare di Aceh Tengah . Dengan lahan tersebut, dapat dibangun pabrik gula dengan kapasitas 6.000 TCD [tones of cane per day] dan kapasitasnya dapat terus ditingkatkan,” ungkap Syukur pada Bisnis.com, Selasa (23/2/2016).
Dia menyampaikan selain kebun tebu yang sudah ada seluas 12.000 hekatare tersebut, pemerintah daerah setempat pun menjamin ketersediaan lahan cadangan sebesar 12.000 hektare di kabupaten yang sama, dan sebesar 16.000 hekatre di kabupaten tetangga yang letaknya tidak begitu jauh.
Syukur yang selama ini memfasilitasi pembahasan antara investor dan Pemda Aceh Tengah, mengaku investor China tersebut berkomitmen membangun pabrik gula dan menyerap tebu yang diproduksi oleh petani.
Adapun, kebun yang sudah eksisting tersebut sebelumnya telah dikelola oleh investor asal India. Kendati demikian, setelah melakukan kontrak penyerapan tebu petani, investor tersebut membatalkan rencananya untuk membangun pabrik dengan alasan keterbatasan dana.
Menurut Syukur, dengan kehadiran investor China untuk melakukan takeover, maka hasil tebu rakyat akan diserap secara maksimal sehingga meningkatkan kesejahteraan mereka.
Mengenai investasi di sektor pertanian, Syukur menyampaikan pemerintah ingin mendorong penanaman modal di wilayah perbatasan untuk menekan peluang penyelundupan. Selain karena akses yang lebih dekat, peluang penyelundupan bisa terjadi karena harga komoditas di daerah tersebut yang cukup tinggi.
Untuk PG di Aceh Tengah, Syukur megatakan hasil produksi akan dipasarkan di seluruh provinsi tersebut yang selama ini memasok kebutuhan gula dari pabrik di provinsi lain. “Untuk produksi raw sugar, bisa dipasarkan di PG-PG rafinasi yang ada di Medan atau Lampung,” katanya.
Selain itu, Syukur menyampaikan pemerintah pusat, termasuk Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pun mengupayakan akselerasi segala perizinan terkait. Untuk investasi asing di Aceh tersebut, BKPM juga akan mengakselerasi seluruh proses perizinan.