Bisnis.com, BANDUNG - Belum turunnya bunga kredit pemilikan rumah dan bunga konstruksi membuat pengembang skala kecil dan menengah kesulitan dalam bersaing.
Pengembang properti skala menengah dan kecil di Jawa Barat mengeluhkan, belum turunnya bunga konstruksi dan bunga KPR turut memengaruhi tingkat persaingan di pasar.
Wakil Ketua Umum dan Anggota Dewan Pertimbangan Organisasi Daerah Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Jawa Barat Wawan Dermawan mengatakan dengan berjalannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kompetisi akan makin ketat.
“Pengusaha besar sudah punya link ke perbankan sehingga bunga pinjaman yang ditawarkan lebih terjangkau. Kalau yang kecil-kecil kan tidak punya link seperti itu,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis.com, Senin (15/2/2016).
Saat ini, bunga konstruksi dan KPR non-subsidi masih berada di atas 10%.
Wawan mengakui pihak perbankan pasti akan mempertimbangkan keberlangsungan perusahaan terkait dan proyek yang dikerjakan agar tidak terjadi kredit macet.
Namun, dia juga menyinggung hambatan lain yang dihadapi pengembang seperti semakin terbatasnya lahan yang tersedia dan tingginya kenaikan harga lahan.
Oleh karena itu, Apersi Jawa Barat berharap bank sentral kembali menurunkan BI Rate.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 7,25% pada Januari 2016.
Di sisi lain, tahun ini Apersi Jawa Barat menargetkan membangun 30.000 unit rumah dalam skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahaan (FLPP).
Target tersebut lebih besar ketimbang realisasi 2015 yang sekitar 20.000 unit.