Bisnis.com, JAKARTA – Kendati beberapa daerah dilaporkan mengalami banjir, Kementerian Pertanian meyakini hal tersebut tidak akan secara signifikan menganggu kinerja produksi padi di awal tahun ini. Banjir terutama terjadi di daerah Indonesia bagian barat.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Hari Priyono menyampaikan dari data yang dkumpulkan oleh Kementan, ddapat diseimpulkan bahwa banjir belum begitu mengkhawatirkan. Wilayah yang terkena banjir tidak sampai 5% dari total areal yang seharusnya ditanami saat ini.
“Banjir terjadi hanya di daerah-daerah yang memang berada di bantaran sungai dan daerah-daerah yang drainasenya kurang bagus. Itu bukan daerah bjit baru yang setiap hujan dnegan intensitas tinggi, pasti tergenang,” kata Hari saat ditemui Jumat (12/2/2016).
Dia mengatakan persentase sawah yang kebanjiran tidak sampai 5% dari total luas lahan yang seharusnya ditanami padi pada musim tanam Oktober-Maret. Meski begitu, dia mengakui hingga saat ini Kementan belum mendapatkan data pasti terkait berapa hektare sawah yang tidak bisa ditanami karena banjir.
Hari mengatakan pada Februari ini, sekitar 1 juta hektare sawah akan melangsungkan masa panen. Artinya, aka nada sekitar 5,2 juta ton gabah kering giling (GKG) yang dipanen atau sekitar 2,9 juta ton beras siap membanjiri pasar selama Februari.
Terkait revisi harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras yang menjadi acuan Perum Bulog dalam menyerap produksi petani, Hari mengatakan pemerintah tengah mendiskusikan hal tersebut. pasalnya, ada pemikirna untuk menjaga HPP tetap agar harga beras di pasar tidak terekskalasi.
Adapun, saat ini, HPP gabah kering panen di tingkat petani yaitu Rp3.700 per kilogram. Di tingkat penggilingan, HPP gabah kering giling adalah Rp4.600. Untuk beras, HPP di gudang Bulog yaitu Rp7.300.
Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Pertanian, SUwandi menyampaikan pada Februari ini, Kementan memprediksi luas panen mencapai 969.000 hektare, naik dari realisasi tahun lalu yaitu 863.000 hektare.
DIa mengakui luas panen pada Januari lalu turun cukup signifikan yaitu 460.000 hektare, jauh dari tahun sebelumnya yaitu 1,8 juta hektare. “Karena yang dipanen pada Januari itu ditanamnya pada Oktober, sehingga masih terdampak kekeringan atau el nino,” katanya saat dihubungi Bisnis, Minggu (14/2/2016).
Kendati demikian, Suwandi mengatakan pada Maret mendatang, panen raya akan mendongkrak luas panen padi. Kementan memprediksi 2,4 juta hektare lahan sawah akan panen, naik dari bulan yang sama pada tahun sebelumnya yaitu 1,1 juta hektare.
PUPUK
Pada perkembangan lain, meski menuai pro dan kontra, Kementerian Pertanian meyakini pemerintah harus terus melakukan penyaluran pupuk bersubsidi untuk dapat membantu petani meningkatkan produksinya.
Pasalnya, pupuk merupakan komponen pendorong produktivitas pertanian utama, di samping benih yang berkualitas dan ketersediaan air. Tanpa pupuk, tanaman padi dapat mengalami penurunan produksi hingga 30%-40%.