Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri padat karya mengatakan bahwa belum adanya kepastian free trade agreement berpengaruh terhadap minat investasi di sektor tersebut.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menjelaskan bahwa investor baru tentunya memerhatikan kepastian jalinan kerja sama perdangangan seperti antara Indonesia dengan Uni Eropa maupun dengan Trans Pacific Partnership (TPP).
“Selama ini belum jelas, realisasi tidak akan terjadi. Karena bagaimanapun, ini sangat erat hubungannya dengan ke mana mereka akan melempar hasil produksinya,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (21/1/2016).
Dia mengatakan bahwa investasi di Vietnam akan lebih menarik karena negara tersebut telah bergabung dalam TPP yang membuat bea masuk ke negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat menjadi 0%.
Menurutnya, upaya pemerintah untuk mengkondusifkan iklim industri seperti dengan mengatur sistem pengupahan maupun memperbaiki infrastruktur hanyalah menjadi pelengkap dari kebutuhan utama yakni bagaimana memasarkan produk.
“Ini ibarat lahannya sudah siap tanam, iklim usaha sudah bagus, tapi masih menunggu cuaca,” katanya.
Hal serupa juga disampaikan Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan bahwa sektor alas kaki sudah ketinggalan 9% untuk mengekspor ke Amerika Serikat, dibandingkan Vietnam yang bea masuknya sudah 0% akibat bergabungnya mereka ke TPP.
“Ini berpengaruh kepada minat investasi. Kalau industri sepatu sendiri harapkan kita bisa masuk, karena sudah kalah. Tapi di kita sendiri masih digodok pemerintah dan industri lain juga masih lihat positif negatifnya,” katanya.