Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Logistik Indonesia menilai optimalisasi angkutan kereta api peti kemas Jakarta-Bandung oleh PT KAI dan PT Multi Terminal Indonesia perlu dikaji kembali.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy ilham Masita menyatakan, rencana PT KAI dan PT MTI mengoptimalkan Stasiun Pasoso dan TPK Gedebage kurang tepat.
"Karena Gedebage di Bandung sudah tidak sesuai lagi menjadi dry port, lahannya terbatas," ungkap Zaldy kepada Bisnis, (10/1/2015).
Zaldy menyarankan, sebaiknya PT KAI mengoptimalkan jalur kereta dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Cikarang Dry Port. Dengan demikian, arus barang akan dilimpah dari Cikarang dan disebarkan ke kota-kota lain seusai prosedur impor barang (custom clearance).
Pasalnya, TPK Gedebage dinilai Zaldy kurang ideal mengingat volume pengangkutan barang terbilang sangat sedikit, dan akan membuat biaya operasional yang dikucurkan semakin tinggi.
Zaldy memandang PT KAI sebaiknya mendukung jalur Cikarang Dry Port ke TPK Gedebage karena lebih efisien. Sekalipun optimalisasi KA angkutan peti kemas ini dapat meningkatkan pola kerja sama antar sesama forwarder PPJK, Zaldy berpendapat jika melalui kereta api tetapi lebih mahal dari truk upaya tersebut akan sia-sia.
"Karena truk door to door lebih menguntungkan untuk pemilik barang, makanya perlu lebih murah untuk menarik pemilik barang pindah dari truk ke kereta api, dan seharusnya subsidi solar dihapus dan dialihkan ke kereta api atau kapal laut agar bisa bersaing," tambahnya.
Zaldy pun menyarankan agar PT MTI jangan mengeruk keuntungan yang terlalu besar karena bisa berdampak seperti jalut Stasiun Pasoso yang cenderung sepi akibat kalah bersaing harga.