Bisnis.com, JAKARTA -- Nilai investasi kereta cepat Jakarta-Bandung berkurang sekitar 5% dari hitungan awal US$5,5 miliar karena penurunan spesifikasi kereta.
Kecepatan kereta akan dirancang 250 km per jam, lebih rendah dari rencana awal 300 km per jam, sehingga mengubah spesifikasi kereta.
"Turunnya tidak banyak, barangkali 5% karena yang turun itu kebanyakan sistem kereta api, khususnya rolling stock [salah satu komponen KA cepat]," kata Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Bintang Perbowo, seusai meneken perjanjian joint venture dengan China Railway International, Co. Ltd., Jumat (16/10/2015).
Emiten berkode saham WIKA itu merupakan pemimpin konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan kepemilikan saham 38%. PSBI akan menggarap KA cepat Jakarta-Bandung bersama perusahaan patungan asal China.
Dengan penurunan itu, maka nilai investasi menjadi US$5,3 miliar atau di bawah Rp70 triliun.
Lebih lanjut, Bintang berujar pengembangan kawasan lokasi persinggahan sepanjang koridor Jakarta-Bandung alias transit oriented development (TOD) akan mampu menutup kerugian saat moda transportasi itu mulai beroperasi semester I/2019.
Dia memperkirakan TOD akan berkontribusi 26%-28% terhadap pendapatan per tahun. Adapun rasio pendapatan dibandingkan dengan biaya pemeliharaan sekitar 2,5:1.
"Tapi angka income-nya berapa? Kami masih terus berhitung," ujar Bintang.
Dia menambahkan tarif kereta cepat akan dipatok US$16 atau berkisar Rp200.000-Rp225.000 per orang. "Harga tiket, kami sangat hati-hati hitung kurang lebih berdasarkan FS [feasibility study],"
Dia berujar kereta cepat mampu mengurai kepadatan jalan tol Jakarta-Bandung saat akhir pekan atau libur panjang.
"Waktu liburan Lebaran dan liburan, Jakarta-Bandung, waktu tempuh transportasi darat 3 jam lebih walaupun jarak hanya 140 km," ujarnya.
Manfaat lainnya, KA cepat akan menumbuhkan pusat ekonomi dan kota baru.