Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah Kota Surabaya akan mengembangkan angkutan massal dalam kota berbasis rel dengan alternatif Light Rapid Transit (LRT) dan Mass Rapid Transit (MRT).
Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Tundjung Kuswandoro, menuturkan, pembangunan LRT dimulai setelah reaktivasi jalur trem rampung.
Pembangunan trem diproyeksikan mulai dibangun pada tahun depan dan selesai dalam jangka waktu dua tahun. Trem akan memenuhi kebutuhan warga dalam bermobilitas pada sisi utara-selatan kota, sementara LRT akan mengangkut warga di sisi timur-barat.
"Karena memang kalau utara-selatan harusnya pakai LRT, berhubung banyak cagar budaya kemudian banyak fly over kereta api yang lama shg diputuskan tetap menggunakan jalan bawah [trem]," ujarnya dalam acara Forum Group Discussion Penerapan dan Pengembangan LRT di Indonesia di Litbang Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (12/10/2015).
Pembangunan LRT yang diprediksi memakan biaya sekitar Rp8 triliun ini akan dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama ditempuh dalam jangka waktu lima tahun dengan menyelesaikan pembangunan jalur ganda jalan rel dari Stasiun Bojonegoro ke Stasiun Surabaya Pasarturi dan membangun jalan rel yang menghubungkan pelabuhan Teluk Lamong dengan Stasiun Kandangan.
Pembangunan selanjutnya adalah jalur kontainer monorail elevated Pelabuhan Tanjung Perak dengan Pelabuhan Teluk Lamong, jalur monorail elevated dari Keputih sampai Lidah Kulon, dan terkahir pembangunan jalur melayang dari Adityawarman ke Joyoboyo. Tahap II dan III akan diselesaikan dalam rentang waktu 5 tahun-10 tahun dengan 9 agenda utama pengerjaan jalur layang.
Lebih lanjut, dia berharap pengaktifan jalur trem dan pembangunan LRT akan menyerap potensi penumpang yang menggunakan kendaraan pribadi. Dia menyatakan lebih dari 50% kendaraan bermotor yang beroperasi di Surabaya adalah sepeda motor.
Dia mengaku minat masyarakat akan berpindah menggunakan transportasi massal itu bergantung pada tarif yang dikenakan. Menurutnya, masyarakat akan tetap memilih sarana transportasi paling murah.
"Tapi semua tergantung tarif, kalau dia terjangkau pasti orang mau naik kan. Kalau macet di tengah [kota], tengah pun kita buat supaya ada pengendalian misalnya tarif parkir yang mahal, jalur 3 in 1, dan lain-lain," ucapnya.