Bisnis.com, JAKARTA - Ketika data menunjukkan surplus, tetapi faktanya setiap tahun masih kekurangan pasokan, sehingga harus impor, apakah ada data produksi yang salah? Pertanyaan berikutnya, ketika surplus terjadi bukankah seharusnya harga justru tertekan bukan melambung?
Beras, komoditas strategis di negeri ini, menghadapi fenomena tersebut di atas. Komoditas strategis, karena beras menjadi makanan pokok masyarakat di Tanah Air. Ketika harga beras melambung, maka akan berkontribusi besar terhadap inflasi. Ketika suplai beras terbatas, maka bisa menjadi guncangan stabilitas di Tanah Air.
Dalam beberapa hari terakhir ini, pemerintah dan para pakar seolah bersahutan mengklaim keakuratan data produksi komoditas pertanian terutama gabah atau beras yang selama ini dirilis oleh Badan Pusat Statisik (BPS).
Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan data produksi gabah sudah lama tidak akurat. “Data [produksi gabah] sudah lama salah,” kata Kalla. Sikap Wapres itu diharapkan menjadi akhir dari drama panjang perdebatan data.
Belum lama ini, Kalla menggelar rapat internal untuk membahas pembangunan pertanian di Kementerian Pertanian. Dalam rapat singkat yang digelar sekitar 2 jam, Kalla meminta data proyeksi produksi beras dievaluasi.
Sebagai orang nomor dua di Republik ini, Kalla terlampau berani menyebut BPS, lembaga statistik satu-satunya Indonesia, mengeluarkan data yang tidak bisa digunakan untuk mengambil kebijakan.
“Mana mungkin produksi [gabah] itu capai 75 juta ton. Kalau produksinya segitu, berarti dalam setahun kamu makan 170 kilogram beras [hampir 0,5 kg per hari]. Makanya sekarang kami minta ini dievaluasi,” kata Kalla selepas menggelar rapat internal tersebut.
SWASEMBADA PANGAN: Ada yang Salah dengan Data Produksi Padi?
Ketika data menunjukkan surplus, tetapi faktanya setiap tahun masih kekurangan pasokan, sehingga harus impor, apakah ada data produksi yang salah? Pertanyaan berikutnya, ketika surplus terjadi bukankah seharusnya harga justru tertekan bukan melambung?
Halaman Selanjutnya
Banyak Versi Tanpa Konsensus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Dara Aziliya
Editor : Fatkhul Maskur
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
4 jam yang lalu
Menakar Nasib Pemilik 24,65% Saham Publik Waskita (WSKT)
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
31 menit yang lalu
Apindo Segera Bertemu Kemenkeu Bahas Kenaikan PPN Menjadi 12%
1 jam yang lalu