Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia dinilai perlu membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) guna mengantisipasi lonjakan kebutuhan energi listrik pada beberapa tahun mendatang.
“Kita perlu listrik banyak dan ramah lingkungan. Menurut saya dari pada coba-coba energi lain lebih baik PLTN sekalian,” ujar Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia Mohammad Hasroel Thayib kepada Bisnis.com di Jakarta, Jumat (14/8/2015).
Dia membeberkan saat ini Pulau Jawa didiami oleh 120 juta jiwa dengan pertumbuhan tahunan 2% atau 2,4 juta orang. Dengan demikian, di pulau terpadat di Indonesia itu tiap hari ada 6.000 bayi yang lahir atau 3.000 pasangan yang berumah tangga.
“Apa artinya itu? Tiap hari harus ada 3.000 lapangan kerja. Kalau tidak begal rampok akan semakin banyak. Jadi kita butuh banyak listrik untuk menciptakan lapangan kerja,” ucapnya.
Hasroel mengaku telah melakukan riset tentang kebutuhan listrik nasional sejak 1990. Kala itu dia memprediksi bila agroindustri Indonesia lepas landas pada 2015 maka daya listrik yang dibutuhkan mencapai 109.000 MW.
“Kalau sekarang cuma ada 25.000 MW. Coba dulu diperhatikan pasti tidak jadi masalah,” katanya.
Melihat angka tersebut, Hasroel menilai PLTN dapat menjadi salah satu energi alternatif yang bisa diadopsi. Apalagi, kata dia, negara jiran Malaysia dalam waktu dekat akan membangun PLTN di Negara Bagian Serawak, Kalimantan, yang berbatasan dengan Indonesia.
“Sekarang 10 orang mereka lagi belajar bikin PLTN di Serpong. Jadi sekarang kita ajarin mereka dan nanti malah kita beli listrik dari mereka,” kata Hasroel.