Bisnis.com, JAKARTA—Salah satu penyebab pelemahan okupansi hotel di kota-kota besar ialah suplai yang terlampau banyak. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia pun mengimbau agar pengembang harus meriset pasar secara cermat dan tidak latah ikut terjun ke bisnis hotel.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi B. Sukamdani menuturkan salah satu penyebab kelesuan okupansi ialah suplai kamar hotel yang sudah berlebihan di beberapa kota, seperti Solo, Yogyakarta, dan Bali, terutama di Kabupaten Badung. Akibatnya, pada kota yang sudah mengalami over supply terjadi perang harga sewa.
“Efeknya [suplai berlebih] otomatis harga kamar tertekan dan perang tarif harga sudah pasti terjadi. Persaingan sudah tidak sehat karena terlalu banyak,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (11/8/2015).
Pria yang juga menjabat sebagai Vice President Sahid Group ini pun berpesan agar pengembang tidak ikut latah membangun hotel, tetapi harus meriset kondisi pasar secara detail. Pasalnya, bila perhitungan perencanaan meleset industri perhotelan semakin terbebani.
“Dipelajari dulu pasarnya seperti apa. Jangan sampai bangun tapi jualannya tidak bisa. Merepotkan semua orang soalnya, termasuk industri perhotelan,” tegasnya.
Menurutnya, okupansi hotel pada semester I/2015 jeblok karena rata-rata tingkat keteriasian hanya berkisar 35% sampai dengan 55%.
Sementara itu, Chief Marketing Officer Hospitality & Leisure Group PT Lippo Karawaci Tbk., Rosmalia Hardman menuturkan kebutuhan hotel bergantung pada perkembangan investasi dan tingkat kematangan infrastruktur di suatu daerah. Namun, di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung, tingkat suplai sudah terlalu tinggi.
Giatnya pembangunan infrastruktur di luar Jawa membuat perekonomian pulau-pulau besar lain seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua akan terdongkrak, sehingga kebutuhan adanya hotel mengalami kenaikan.
Sebagai contoh, okupansi hotel di Sulawesi Selatan sebesar 80-an% menjadi yang tertinggi dibandingkan kota-kota lainnya, termasuk Jakarta. Adapun tren okupansi di Jakarta terus menurun.
“Jadi dimana ada perkembangan ekonomi, disitulah dibutuhkan hotel-hotel baru,” imbuhnya.
Pertumbuhan pasar paling tinggi secara year-on-year (YoY) pada 2014 di lima provinsi ialah Sulawesi Selatan (49.6%), DI Yogyakarta (22,4%), Banten (20,8%), Jawa Timur (20,3%), dan Kalimantan Timur (17,9%).
Suplai Terlalu Banyak, Okupansi Hotel Jeblok
Salah satu penyebab pelemahan okupansi hotel di kota-kota besar ialah suplai yang terlampau banyak. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia pun mengimbau agar pengembang harus meriset pasar secara cermat dan tidak latah ikut terjun ke bisnis hotel.n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Hafiyyan
Editor : Mia Chitra Dinisari
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
1 menit yang lalu
Pengusaha Furnitur Wanti-Wanti Badai PHK Imbas UMP & PPN Naik
6 menit yang lalu
Pertumbuhan Ekonomi 8%, Indef Paparkan Perbaikan yang Perlu Dilakukan
35 menit yang lalu
Pernyataan Lengkap Ditjen Pajak soal PPN 12% Bukan Hanya untuk Barang Mewah
59 menit yang lalu