Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemarau Semakin Persulit Kehidupan Petani

Pengelolaan sumber air untuk kebutuhan irigasi semakin penting ketika petani dihadapkan pada ancaman musim kemarau panjang serta gelombang panas.
Tanah mengering karena kemarau. /Ilustrasi
Tanah mengering karena kemarau. /Ilustrasi

Shodikin menghisap kreteknya dalam-dalam. Raut wajahnya masam ketika menceritakan lagi-lagi tanaman padi yang digarapnya gagal panen akibat kekurangan air.

Bulir-bulir padi yang mulai bermunculan tak mampu berkembang menjadi lebih berisi. Puso karena tak kebagian air.

Hujan telah lama tidak turun di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, menyebabkan debit air di sungai dan bendungan menurun drastis. Kurangnya suplai air juga disebabkan berkurangnya daerah resapan air di daerah hulu.

Shodikin, petani berusia 52 tahun yang memiliki dua hektare sawah di Kebonsari, Pekalongan, kesulitan mengairi padi yang sedianya akan dipanen pada awal September mendatang. Saluran irigasi mengering. Pun, sungai tak lagi mengalirkan air.

Tak mau menyerah begitu saja pada nasib, Shodikin telah mencoba membuat sumur darurat di sawah. Hasilnya nihil. Air hanya merembes sedikit dari permukaan tanah, tak cukup untuk mengairi tanaman. “Ada pompa air, tapi memang tidak ada air. Kering,” ujarnya, Minggu (19/7).

Mengetahui musim kemarau masih akan berlangsung hingga akhir tahun, Shodikin memutuskan meninggalkan sawahnya dan beralih profesi menjadi penyedia jasa sewa sound system. Dengan pendapatan Rp50.000 per hari, setidaknya bapak tiga anak tersebut bisa menyambung hidup dari jasa sewa sound system.

Kemarau panjang selalu saja menjadi tantangan besar bagi petani, bahkan ketika pemerintah telah berupaya menaklukkan dampak buruk kemarau melalui pembagian pompa air, pembenahan saluran irigasi, dan pembagian bibit padi yang diklaim tahan terhadap kondisi sulit air sekalipun.

Masalah kekurangan pasokan air tidak dapat begitu saja diselesaikan dengan pembagian pompa air dan perbaikan jaringan irigasi tersier. Lebih dari itu, pembenahan harus diawali dari hulu, di daerah resapan air.

Khudori, Ketua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, mengatakan perbaikan daerah aliran sungai (DAS) menjadi salah satu kunci peningkatan produktivitas padi guna mencapai target swasembada pangan yang ditetapkan oleh pemerintah. Perluasan area tanam tidak akan berdampak signifikan bila tidak didukung oleh sumber air yang memadai.

“Perlu dibenahi sumber air di hulu, terutama di Jawa yang merupakan basis penghasil padi,” ujarnya.

Khudori menyebutkan hasil audit DAS di Pulau Jawa pada 2007 menunjukkan sebagian besar tutupan lahan telah mengalami degradasi. Lahan gundul menyebabkan tangkapan air tidak maksimal sehingga debit air sungai, danau, waduk, dan embung tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan irigasi.

Di sisi lain, ketika musim hujan tiba, tempat-tempat penampungan air tersebut tidak dapat berfungsi maksimal sebagai penyerap air dan pengendali banjir.

Pengelolaan sumber air untuk kebutuhan irigasi semakin penting ketika petani dihadapkan pada ancaman musim kemarau panjang serta gelombang panas el nino. Meskipun el nino pada tahun ini diperkirakan hanya bersifat moderat, tetapi cuaca panas yang disebabkan akan semakin cepat menguapkan cadangan air di danau, waduk, dan sungai.

Ditemui di kantornya, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Sumardjo Gatot Irianto mengakui persoalan kekeringan di musim kemarau hingga kini belum sepenuhnya terpecahkan. Diperlukan kerja sama antara sejumlah pihak untuk menuntaskan permasalahan yang cukup pelik ini.

Khusus menyangkut saluran irigasi, misalnya, Kementan tidak dapat bekerja sendiri. Kementan memang mengklaim telah memperbaiki 1,17 juta hektare saluran irigasi tersier, jaringan irigasi kecil yang berada di areal persawahan.

Namun, jika saluran irigasi primer (irigasi besar seperti waduk dan sungai besar) yang digarap oleh Kementerian Pekerjaan Umum tidak dapat bekerja dengan baik, maka upaya perbaikan di hilir akan sia-sia belaka.

Demikian pula, jaringan irigasi yang terbangun tidak akan banyak berguna bila sumber air tidak ada karena aliran sungai dan air di waduk dan embung mengering. Pengelolaan air secara menyeluruh mutlak menjadi perhatian, karena perbaikan tidak dapat dilakukan secara sporadis.

Angin segar telah berembus di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yang sedang menyusun rencana perbaikan DAS dan penanganan degradasi lingkungan di sejumlah sumber air utama di seluruh wilayah Indonesia.

Pada dua tahun pertama, Kementerian fokus menangani persoalan degradasi lingkungan dan pendangkalan yang terjadi di Danau Toba, Rawa Pening, dan sejumlah waduk di Jawa Timur.

Penanganan secara menyeluruh tentu saja membutuhkan koordinasi. Jangan karena egosektoral, ketiga kementerian bergerak sendiri-sendiri. Petani seperti Shodikin menunggu bantuan segera untuk menghadapi tantangan alam yang semakin keras. Bila dibiarkan berjuang sendiri, bukan tidak mungkin Shodikin benar-benar beralih profesi. Ketika petani meninggalkan sawahnya, apa kabar target swasembada pangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Setyardi Widodo
Sumber : Bisnis Indonesia edisi 27/7/2015

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper