Bisnis.com, JAKARTA – Menyusul penetapan kuota impor sapi bakalan sebanyak 50.000 ekor untuk kuartal ketiga tahun ini, pelaku bisnis menyiasati kelancaran aktivitas usaha dengan menyerap sapi dalam negeri.
Kendati demikian, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Joni Liano menyampaikan upaya tersebut memerlukan bantuan dari pemerintah, terutama mengenai informasi produksi dan keberadaan sapi lokal.
“Kalau impor sapi bakalannya sedikit, utilisasi kandang tidak efisien. Impor dikurangi itu nanti anggota saya akan cari sapi lokal. Kalau memang sapi lokal banyak, kami minta pemerintah infokan supaya kami juga bisa serap sapi lokal,” kata Joni saat dihubungi Bisnis, Rabu (22/7/2015).
Pernyataan Joni tersebut merespons kebijakan pemerintah yang dua pekan lalu ditetapkan yaitu kuota impor sapi bakalan sebesar 50.000 untuk kuartal III/2015, jauh dari permintaan feedloter dan kuota kuartal II lalu yaitu 250.000 ekor.
Salah satu yang menjadi alasan pemerintah membatasi impor sapi yaitu stok sapi lokal yang diklaim dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri hingga akhir tahun sehingga sapi impor hanya digunakan untuk berjaga-jaga.
“Kalau impornya 50.000 ekor, itu hanya memenuhi 17% dari utilisasi kandang kami yaitu 350.000 ekor per kuartalnya,” jelas Joni.
Kendati demikian, Joni memprediksi minimnya kuota impor sapi juga secara langsung dapat melambungkan harga. Pasalnya jika para feedloter menyerap sapi lokal, harga sapi lokal pun dipastikan ikut menanjak.
Untuk itu, dia meminta pemerintah melibatkan pelaku usaha dalam memperhitungkan permintaan dan pasokan dalam negeri sehingga dapat menyeimbangkan impor dan daging pasokan lokal.