Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemendag Keluarkan Permendag Larangan Impor Pakaian Bekas

Peraturan Menteri Perdagangan No.51/M-DAG/PER/2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas diharapkan menciptakan koordinasi yang lebih baik antara kementerian dan lembaga untuk melakukan pengawasan.n
Petugas Kanwil Bea dan Cukai Jatim I memeriksa barang bukti berupa Ball Pressed ilgal yang berisi pakaian bekas layak pakai impor ilegal, di Surabaya, Jawa Timur, Senin (12/1/2015)./Antara-Suryanto
Petugas Kanwil Bea dan Cukai Jatim I memeriksa barang bukti berupa Ball Pressed ilgal yang berisi pakaian bekas layak pakai impor ilegal, di Surabaya, Jawa Timur, Senin (12/1/2015)./Antara-Suryanto
Bisnis.com, JAKARTA -- Peraturan Menteri Perdagangan No.51/M-DAG/PER/2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas diharapkan menciptakan koordinasi yang lebih baik antara kementerian dan lembaga untuk melakukan pengawasan.
 
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Partogi Pangaribuan mengatakan regulasi mengenai larangan impor pakaian bekas dibuat untuk betul-betul melindungi pasar dalam negeri.
 
Selain menerbitkan Permendag tentang larangan impor pakaian bekas, saat ini pemerintah juga sedang menyiapkan Peraturan Presiden agar pakaian bekas asal impor masuk dalam daftar barang yang dilarang diperdagangkan di dalam negeri.
 
Kerap Dilanggar
Dari beberapa ketentuan Kemendag, pelarangan kerap dilakukan. Bahkan, seiring dengan perkembangan perdagangan luar negeri dan  konsumen, pakaian bekas ini menjadi polemik, dan dalam penanganannya ditemukan  beberapa kelemahan.
 
Dalam kasus sebelumnya, misalnya, Bea Cukai Surabaya mendapatkan temuan pakaian bekas  23 kontainer di Sidoarjo. Namun, Bea Cukai Surabaya kalah dalam praperadilan di Pengadilan Negeri Surabaya, sehingga pengadilan memerintahkan  untuk mengembalikan temuan tersebut.
 
Penyebab kekalahan tersebut  karena belum adanya penetapan peraturan yang baku atau tidak ada hukum tetap yang melarang impor pakaian bekas. Setelah adanya Permendag tersebut, diharapkan koordinasi pengawasan akan menjadi lebih baik.
 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Avisena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper