Bisnis.com, JAKARTA— Hasil refendum Yunani dinilai tidak berdampak signifikan pada rupiah yang pagi ini terdepresiasi terbatas.
Namun, tekanan terhadap Indonesia bisa makin besar jika ketidakpastian Yunani membuat euro terus merosot.
Josua Pardede dari PT Bank Permata Tbk (BNLI) mengatakan sampai saat ini euro merupakan aset yang terkena dampak terbesar hasil referendum Yunani atas persyaratan bailout dari negara zona euro.
Investor melepas euro setelah 61% rakyat Yunani menolak syarat penghematan yang diberikan oleh kreditor.
Euro sempat jatuh hingga 1,30% dan pada pukul 10.22 WIB diperdagangkan turun 0,70% ke 1,1036 per dolar AS. Rupiah menguat 0,32% ke Rp14.743 per euro pada pukul 10.23 WIB.
“Akan ada penarikan ke aset safe haven. Risiko grexit semakin tinggi. Investor saat ini cenderung wait and see apakah ada perundingan lanjutan dengan troika,” kata Josua kepada bisnis.com, Senin (6/7/2015).
Dampak sentimen Yunani terhadap Indonesia, menurutnya, tidak signifikan karena hubungan perdagangan dan investasi kedua negara tergolong kecil.
“Rupiah tidak turun signifikan. Jika ada efek langsung rupiah semestinya bisa melemah lebih dari sekarang ini,” kata Josua.
Rupiah pada pukul 10.29 WIB diperdagangkan melemah 0,30% ke Rp13.360 per dolar AS di pasar spot. Pergerakan rupiah sampai saat itu berkisar antara Rp13.340—Rp13.364 per dolar AS.
Namun, Josua mengatakan tekanan terhadap pasar Indonesia bisa makin tinggi jika ketidakpastian di Yunani terus berlanjut.
Ketidakpastian tersebut bisa membuat euro semakin melemah hingga menurunkan daya beli pasar Eropa dan mendorong imported inflation di Indonesia.
Josua menambahkan pergerakan rupiah saat ini bisa menjadi tolak ukur daya tahan Indonesia terhadap krisis Yunani.
“Sentimennya sekarang, wait and see. Apalagi besok ada lelang SUN. Jika rupiah hanya terdepresiasi terbatas, bisa mendorong investor masuk ke lelang SUN besok,” kata Josua.