Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Sumut di Bawah Ekspektasi. TPID Diminta Waspadai Lebaran

Tim Pengendali Inflasi Daerah dinilai tetap harus mewaspadai kemungkinan inflasi tinggi menjelang Lebaran.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, MEDAN--Meski laju inflasi Sumatra Utara pada Juni 2015 berada di bawah ekspektasi yakni 0,84%. Sebelumnya, TPID memprediksi laju inflasi Sumut pada bulan lalu mencapai 1%.

Meski begitu, tim Pengendali Inflasi Daerah dinilai tetap harus mewaspadai kemungkinan inflasi tinggi menjelang Lebaran.

Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mengatakan inflasi tertolong karena pada pekan kedua Ramadan sejumlah harga barang kebutuhan pangan khususnya hortikultura membaik, seperti bawang merah. Belakangan dia menilai harga pangan di pasar cukup stabil.

Selain itu, bentuk kerjasama TPID dengan Bulog Divre Sumut dalam melakukan operasi pasar juga dia nilai memberikan kontribusi yang cukup baik untuk meredam kenaikan harga.

"Tapi TPID perlu waspada karena menjelang Lebaran, konsumsi masyarakat cenderung kembali meningkat. Selain itu, TPID juga harus mengendalikan ekspektasi masyarakat akibat status Gunung Sinabung dan El Nino yang memengaruhi cuaca akhir-akhir ini," ucapnya, Rabu (1/7/2015).

Selain itu, Gunawan mengatakan Bulog Sumut sebaiknya segera merealisasikan penyaluran raskin agar menekan potensi kenaikan harga beras pada bulan ini.

Tak hanya itu, TPID juga diminta memantau harga daging dan ikan, kendati harga beberapa jenis ikan pada Juni 2015 justru menurun.

"Pastikan pasokan bahan pangan mencukupi menjelang Lebaran. Pada bulan ini kuncinya masih tentang pengendalian harga bahan pangan. Jika hal tersebut sudah dapat dikendalikan maka kontribusi kenaikan harga dari kebutuhan masyarakat di luar pangan hanya berkontibusi 0,3%-0,4%, sehingga inflasi bisa digiring di bawah 0,7%," tambahnya.

Gunawan juga menuturkan TPID dan Pertamina harus memastikan tidak ada lagi kelangkaan pasokan bahan bakar khususnya LPG.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumut Difi A. Johansyah mengatakan sejauh ini dampak dari penaikan status dan kekeringan yang terjadi di Karo dan sekitar Gunung Sinabung belum signifikan.

Pasalnya, dari berbagai jenis hortikultura hanya cabai merah dan bawang merah yang mengalami inflasi tinggi.

"Memang belum kelihatan, dan kami fokus pada dua komoditas ini dulu. Kalau hortikultura yang lain ikut naik saya kira ini karena Ramadan. Ini hal yang biasa, tapi kami tetap akan memperlancar arus distribusi kebutuhan masyarakat di Sumut," ucap Difi.

Berdasarkan data BPS Sumut, pada bulan lalu andil inflasi terbesar datang dari kelompok bahan makanan yakni 0,59% dengan tingkat inflasi 2,42%.

Kepala BPS Sumut Wien Kusdiatmono menuturkan, di antara keempat kota indeks harga konsumen Pematang Siantar mengalami inflasi tertinggi yakni 1,44%, disusul Sibolga 1,36%, Medan 0,77%, dan Padang Sidempuan 0,48%.

"Sama halnya dengan yang terjadi di Medan, inflasi terjadi karena peningkatan harga di kelompok bahan makanan 2,28%. Kenaikan harga terutama dipicu cabai merah 18,99% dan bawang merah 6,89%," kata Wien.

Selain kedua komoditas pangan tersebut, harga daging ayam ras di Medan juga terdongkrak 4,28%, telur ayam 7,39%, beras 0,89% dan gula pasir 3,46%. Sementara itu, untuk komoditas nonpangan yang mengalami inflasi cukup tinggi yakni harga pasta gigi 24,83%.

Beberapa komoditas pangan yang mengalami penurunan harga di antaranya dencis, tongkol, kangkung, cabai rawit, kembung, dan lele.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper