Bisnis.com, JAKARTA — Ada perkembangan positif geliat industri manufaktur pada kuartal kedua tahun ini, setelah terjadi tren peningkatan indeks manufaktur sejak April hingga Juni. Hal itu berimbas pada penyerapan tenaga kerja yang mulai stabil.
Nikkei Indonesia Manufacturing PMI yang diterbitkan Rabu (1/7/2015) menyebutkan PMI Indonesia pada Juni terus meningkat dibandingkan Mei dan April.
Pada Juni, PMI Indonesia berada di posisi 47,8, terjadi tren kenaikan dibandingkan Mei yang berada di level 47,1 dan April 46,7.
Pada tiga bulan berturut-turut sepanjang kuartal kedua, tren kenaikan PMI terus terjadi setelah berada di titik terendah pada Maret di posisi 46,4. Selama semester I tahun ini, PMI tertinggi terjadi pada Januari sebesar 48,5.
Namun demikian, angka 47,8 pada Juni menandakan kinerja industri manufaktur Indonesia masih berkontraksi. Sebab indeks PMI disebut mengalami ekspansi apabila angkanya berada di atas 50.
Data PMI juga menunjukkan tekanan inflasi yang relatif tinggi, lantaran harga bahan baku dan hasil produksi naik sepanjang bulan lalu.
Pabrik-pabrik mengurangi produksi, tertekan oleh permintaan yang lesu dari dalam negeri dan pasar ekspor.
Pollyanna de Lima, Ekonom dari Markit, mengatakan kinerja manufaktur sepanjang kuartal II/2015 menjadi indikasi ekonomi Indonesia kemungkinan tumbuhlebih lambat dibandingkan kuartal sebelumnya.
“Pertumbuhan PDB semakin melambat dibandingkan kuartal I/2015, ketika PDB Indonesia tumbuh paling lambat sejak 2009,” katanya.
Namun dia menggarisbawahi perkembangan positif dari hasil survei Juni berupa penyerapan tenaga kerja yang mulai stabil setelah sebelumnya terus merosot.
Namun, de Lima mengatakan kinerja manufaktur Indonesia baru bisa dipastikan membaik setelah melihat hasil survei beberapa bulan ke depan.
Nikkei Indonesia Manufacturing PMI
Bulan | Indeks PMI |
Juni | 47,8 |
Mei | 47,1 |
April | 46,7 |
Maret | 46,4 |
Februari Januari | 47,5 48,5 |
Sumber: Markit Economics