Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI PETERNAKAN: Sentuh Titik Terburuk

Masalah bisnis perunggasan di Indonesia telah mencapai titik terburuk sehingga kekompakan para peternak di bawah naungan Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) terancam bubar.
Peternakan unggas/disnak.jabarprov.go.id
Peternakan unggas/disnak.jabarprov.go.id
Bisnis.com, JAKARTA – Masalah bisnis perunggasan di Indonesia telah mencapai titik terburuk sehingga kekompakan para peternak di bawah naungan Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) terancam bubar.
 
Muladno, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan mengatakan dirinya menerima laporan lisan dan tertulis dari Direktur Perbibitan  Abubakar dan Kasubdit Perbibitan Unggas Yusra. “Saya baca dan pelajari isinya, yang merupakan kumpulan laporan hasil 41 kali pertemuan sejak 2 Januari hingga 25 Mei 2015,” ujarnya dalam Focus Group Discussion yang dibacakan Abubakar, pekan lalu.
 
Menurut dia, inti [persoalan] secara umum mengarah ke supply demand ayam ras pedaging yang membuat  harga ayam seringkali di bawah HPP (Harga Pokok Produksi).
 
“Tampaknya, permasalahan telah mencapai titik terburuk dalam perjalanannya selama ini, sampai kekompakan para peternak di bawah naungan FMPI terancam bubar.” tuturnya.
 
Dia mengakui, ini situasi yang mengenaskan di kala Indonesia akan memasuki era Masyarakat  Ekonomi Asean (MEA) akhir Desember 2015. “Bukannya kita makin bersatu, tetapi malah terpecah belah. Itu semua merupakan kondisi yang sangat merugikan bangsa kita.”
 
Bahkan, dia memprediksi, tidak menutup kemungkinan [persoalan perunggasan] akan mengguncang stabilitas ekonomi dan politik mengingat kerugian yang diderita oleh banyak pelaku perunggasan, baik pelaku usaha raksasa, pelaku usaha besar, dan lebih2 pelaku usaha kecil yang jumlahnya jutaan.
 
TOTAL KEHILANGAN INDUSTRI PERUNGGASAN
TahunItemJumlah ekor (miliar)Harga Rerata (Rp)HPP (Rp)Lost/ Unit (Rp)Total (Rp triliun)
2014Breeder2,53.3004.3001.0002,5
 Peternak2,513.80014.9001.0004,95  
2015Breeder-Jan-Mar0,6503.5004.3008000,520
 Peternak0,65013.30014.9001.9002,22
 
 
Dalam dua tahun terakhir, pasokan bibit ayam pedaging (day old chick atau DOC) berlebih. Ini dipicu oleh ekspansi berlebihan dari breeder pasca kondisi perunggasan yang menguntungkan pada 2010-2012.  "Lihat capital expenditure mereka …" ujar Ketua Dewan Pembina Pinsar,
Hartono.
 
Sejak 2010 hingga 2014, ekspansi agresif mereka tampak dari laporan belanja modal. Terutama perusahaan-perusahaan yang go publik di bidang pembibitan ayam pedaging, menghasilkan perkembangan penguasaan pasar pembibitan dan budidaya ayam pedaging yang menjurus pada praktek monopoli oleh perusahaan tertentu.
 
Kini, merujuk pada Capex itu, membuat daya serap DOC tahun ini diprediksi berlebih. Diprediksi menjelang akhir 2015, produksi DOC akan mencapai 73 juta ekor/minggu, daya serap pasar 42 juta - 47 juta ekor per minggu. Jumlah grandparent stock (GPS) 2014 sebanyak 902.000 ekor terdiri dari  bibit GPS impor plus produksi dari Great grandparent stock  lokal. "Ini lonjakan yang sangat spektakuler dibanding 2012 sebesar 554.000 ekor atau naik 62%," tutur Hartono.
 
Kondisi itu berpotensi menyebabkan produksi DOC ayam pedaging pada 2015 melambung mencapai 64 juta ekor/minggu dan 2016 mencapai 90 juta ekor atau dua kali lipat dari dari daya serap pasar yang ada. Bila itu terjadi --tanpa ada pemangkasan populasi GPS dan paren stock (PS)--dipastikan peternak dakyat bakal terbantai. Atau meminjam istilah para peternak rakyat," Tahun pembantaian peternak rakyat."
 
Dirjen Peternakan mengakui pemerintah harus hadir dan mengatasi ini semua melalui kerjasama yang baik dengan seluruh pelaku usaha khususnya yang bergerak di bidang perbibitan.
 
“Saya sangat berharap, partisipasi aktif para pemilik usaha pembibitan ayam dengansemangat nasionalisme tinggi dan dengan semangat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan peternak kebanyakan.”
 
 
Menurut dia, ayam ras pedaging merupakan komoditas industri biologis yang sudah tersistem, terstruktur, dan ternilai kinerja setiap individu ayamnya.
 
Karena padat iptek dan padat modal dalam pengembangannya, maka semua indikator teknis dapat digunakan secara lebih mudah dalam memprediksi kebutuhan dan
ketersediaan ayam.
 
Maksudnya, mudah dalam menghasilkan kebaikan dan keuntungan, bukan sebaliknya, menghasilkan kehancuran. Menurut saya sumber utama keresahan pelaku perunggasan selama ini adalah datajumlah populasi ayam yang tidak akurat dan prediksi yang salah dalam menentukan targetkonsumsi daging ayam.
 
BACA JUGA
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper