Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah berharap dengan penetapan bea keluar (BK) ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dapat mendorong perusahaan melakukan ekspansi bisnis ke industri hilir. Dengan ini, diharapkan pertumbuhan industri produk turunan CPO di Indonesia terus berkembang.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana berharap perusahaan dalam melaksanakan proses hilirisasi jangan setengah-setengah.
“Yang namanya hilirisasi jangan tanggung-tanggung, jangan berhenti di CPO bikin biodiesel bahkan bikin listrik juga dari listrik bikin lagi ekonomi kreatif pasti ada pengrajin disitu, namanya hilirisasi jangan pernah berhenti,” ujar Rida.
Dijabarkan Rida, proses hilirisasi dimulai dari menanam, kemudian membuat pabrik pengolahannya, lalu buat biodiesel, disediakan blending facility hingga menghasilkan tenaga listrik dari sampah yang dihasilkan. “ Hilirisasi akan meningkatkan nilai tambahnya, keuntungannya makin bagus, masyarakatnya senang,” lanjut Rida.
Indonesia telah menyandang gelar sebagai raja minyak nabati dunia sejak 2006 dengan meraup devisa US$10 miliar dari ekspor minyak kelapa sawit. Kini, sawit Indonesia menguasai pasar minyak nabati dunia dengan pangsa 13,5%. Bahkan, pada tahun ini nilai ekspor sawit Indonesia diprediksi mencapai sekitar US$15 miliar.
Namun demikian aat ini lebih dari 50 persen ekspor minyak sawit masih dalam bentuk mentah. Namun ke depan, pemerintah mentargetkan minimal 60 persen produksi CPO digunakan untuk kepentingan pengembangan industri hilir di dalam negeri dan sisanya baru diekspor.